Bienvenue ami ...
Thankyou for visiting my blog. Have a good thing here. God bless you.

Saturday, December 24, 2011

Immanuel


IMMANUEL

Dunia kelam merindu tentram
Surya pagi kan terbit bersinar
Sirna sudah semua yang suram
Galau di jiwa kan segera pudar

Ia meraja bukan dari kursi istana
Ia memerintah tanpa main kuasa
Tak sibuk mencari citra dan warna
Tak haus nama yang matikan rasa    

Dari-Nya terbit pengharapan sejati
Kepada-Nya para gembala berlari
Untuk Dia raja-raja membawa upeti
Bersama Dia si miskin menari-nari
  
Keadilan dan kerahiman bersanding
Bagai Raja dan Ratu yang didamba
Cahaya surgawi nan tak tertanding
Memeluk rahim bunda berhati hamba

Yang Mahatinggi kini jadi manusia
Dalam tubuh insan rapuh nan papa
Langit dan bumi marilah bersukaria
Damai melimpah tak memandang rupa

Wednesday, November 23, 2011

Sang Ajal Bertutur



SANG AJAL BERTUTUR 

Hidup adalah sebuah ziarah
Menyajikan jalan-jalan berarah
Tinggalkan semua yang duniawi
'Tuk menuju Tanah Air Surgawi 

Hidup ini cuma sementara
Bukan milik namun pinjaman
Keindahan yang tanpa tara
Tersedia bagi insan beriman

Hidup memuat lorong-lorong cinta
Yang bernama sedih, sakit, derita
Siapa merangkulnya dengan setia
Kan memperoleh mahkota mulia 

Datang dan pergi silih berganti
Kuncup mekar bungapun mati
Tak ada kelahiran tanpa kematian
Kematian melahirkan keabadian

Sahabat berpulang satu demi satu
Merapat tanpa batas pada Yang Esa
Manusia menciptakan satuan waktu
Sambil berbaris di muka Sang Kuasa

Jakarta, 22 November 2011,
Monica Maria Meifung.
Untuk mengenang berpulangnya seorang sahabat, Pak Eddy Partadinata.


Saturday, September 3, 2011

Vaya con Dios, Pak Roy Setjadi....



100% Karismatik, 100% Katolik
Merenungkan 35 Tahun PKK di KAJ 
dalam kepergian Pak Roy Setjadi (12 Mei 1943 - 28 Agustus 2011)



Tawar-menawar dan kesepakatan antara Romo Sugiri SJ dan Pak Roy Setjadi, sesudah mereka berdua mengikuti Seminar Hidup Baru dalam Roh di Katedral oleh Pastor O'Brian SJ dan Pastor Heribert Schneider SJ dari Manila (atas undangan Alm Mgr Leo Soekoto SJ), melahirkan PDKK pertama di Jakarta pada tahun 1976 yaitu PDKK St. Petrus & Paulus, Paroki Mangga Besar. Keduanya (Romo Sugiri dan Pak Roy) nampaknya bukan sekedar "mengikuti" SHDR namun menerima pangalaman pencurahan Roh Kudus, yang mengobarkan kembali api cinta di hati mereka sehingga mereka mau bertekun membimbing umat yang hadir dalam PDKK setiap hari Rabu di Paroki Mangga Besar waktu itu.

Dalam pandangan banyak orang, deal antara Romo Sugiri dan Pak Roy (saya masih berat menaruh kata "Almarhum" disamping nama Pak
Roy) barangkali dianggap kejadian biasa. Namun dalam perspektif sejarah PKK di KAJ itu merupakan peristiwa yang menancapkan tonggak penting yang tidak pantas untuk dilupakan. 
Sejak tahun 1976 itu, Romo Sugiri bersama dengan Pak Roy rajin mengikuti Seminar-Seminar internasional tentang PKK, guna menyerap pengalaman dan pengetahuan sebanyak mungkin bagi tumbuh kembangnya PKK di Keuskupan Agung Jakarta. Mereka juga rajin memenuhi permintaan-permintaan untuk membimbing seminar, retret-retret, pendalaman iman yang datang dari seluruh penjuru Indonesia. Kehausan banyak umat katolik akan pengalaman pembaharuan banyak terjawab oleh komitmen dan ketekunan mereka.

Tahun 1989 ketika ada badai dan arus kuat dimana beberapa tokoh penting PKK "hijrah" dari Gereja Katolik, Pak Roy termasuk satu dari sedikit tokoh yang rela bertahan dan setia kepada Gereja, meskipun seribu satu tawaran sukses dan bujuk rayu memikat bertubi-tubi menghampirinya. Ia memilih untuk tetap menjadi orang yang setia dan sederhana. Kesetiaannya yang tuntas tercermin dalam up-date status bbm-nya : "SETIA SAMPAI AKHIR". Siapa yang menyangka, bahwa spirit itulah yang rupanya ia jadikan warisan utama dalam mudiknya ke Surga yang amat mendadak.

Bersama Romo Sugiri dan ditemani istrinya, Ibu Winny, beliau ikut berjuang dan bekerja keras mencurahkan segala yang ia bisa berikan bagi kemajuan PKK, sampai kemudian menjadi Koordinator ke 5 PKK KAJ (tahun 1991-1997), sesudah Bpk Petrus Maximus Tene (1976), Alm. Bpk Antonius Rahmat Abdissa (1977-1984), Bpk Mangkuorahardjo (1984-1987), dan Bpk Emile Masbrata (1987-1991). Pada masa Pak
Roy menjadi Koordinator, PKK mengalami perkembangan yang sangat berarti. Titik-titik yang mendapat perhatiannya secara istimewa, telah ikut memberi warna dan kekhasan tersendiri bagi PKK di KAJ waktu itu: evangelisasi, JOD, pujian dan penyembahan, penyembuhan batin, konseling.

Saya terkenang sebuah lagu pujian yang sangat ia sukai dari Mazmur 100. Terbayang bagaimana beliau menyanyikannya dengan riang, senyum gembira dan sangat hidup dalam permainan gitarnya:
1. Bersorak-sorai bagi Tuhan
Hai seluruh bumi. 
Beribadahlah bagi Tuhan 
Dengan sukacita.
Refr : Datanglah padaNya
Pujilah NamaNya
Dia yang menjadikan kita
MilikNya-lah kita 

2. Masuk lewat pintu gerbangNya
Dengan nyanyian syukur
Dan ke dalam pelataranNya
Dengan puji-pujian
Refr : Bersyukur padaNya
Pujilah NamaNya
Sebab kasih setia Tuhan
Untuk selamanya  

Lagu ini juga selalu ada di hati saya.
Dan saya membayangkan bagaimana Pak Roy bukan hanya telah menghidupkan lagu ini sebagai sumber semangat dan sumber harapan di hati banyak orang, namun ia sendiri kini telah masuk dalam kepenuhan realitas dari seluruh kata dan keindahan yang tertuang dalam lagu pujian Mazmur 100 itu.

Di awal tahun 2011, saya sempat mengadakan refleksi :  ini adalah tahun Lustrum PKK ke 7 di KAJ. Akan ada perayaan apa ya ? Selama 8 bulan penuh saya menunggu-nunggu. Kini pertanyaan refleksiku  telah dijawab oleh Tuhan : ada sorak-sorai dan perayaan besar-besaran di Surga, untuk seorang hamba terbaik bagi perkembangan PKK di KAJ, yang diberi kehormatan untuk memasuki Rumah Bapa melalui Pintu Gerbang dan Pelataran Surga. Pak Roy telah dipilih untuk mewakili seluruh pejuang, pewarta, pengajar, konselor dan aktivis PKK di KAJ, merayakan ibadah sempurna bagi Tuhan, dengan kepenuhan sukacita Surgawi. 

Saya pribadi tidak begitu banyak bekerjasama dengan Pak Roy, namun ada perasaan dekat dan perasaan kehilangan yang mendalam, karena saya mengenal beliau sejak kecil di usia 14 thn (sejak 1979 di PDKK Mangga Besar) dan kemudian dalam beberapa event menemani Rm Sugiri untuk pelayanan di PKK. Beberapa kali kami berteam memberi retret dan pembinaan di luar
kota bersama Romo Sugiri dan Ibu Winny. Itu sudah lama sekali. Selain kesetiaan dan kesederhanaannya, yang saya kagumi dari Pak Roy adalah kerendahan hatinya. Meskipun usia kami terpaut 22 tahun (seperti bapa dan anak ya) ia tidak segan untuk memperlihatkan sikap respeknya terhadap saya sebagai sesama pewarta dan pengajar di SEP. 

Saya kehilangan seorang teman diskusi yang berani dan blak-blakan. Dengan senyum di balik kumis dan sikap sinisnya (namun bersahabat), ia pernah tanya kepada saya : "Ngapain luh pakai belajar teologi segala, emangnya bisa berbuat apa untuk memperbaiki Gereja?". Dengan spontan saya jawab ; "Om, gue belajar teologi bukan untuk membenahi Gereja, tapi syukur2 dan minimal bisa untuk membenahi diri sendiri, memperbaiki pewartaan dan pengajaran gue, supaya gak ngawur2an dan gak sembarangan ngomong." Lalu kami tertawa bersama2 dan meneruskan omong2 soal Gereja Pasca Konsili Vatikan II.. Itu diskusi di meja makan di sebuah restoran ketika memenuhi undangan Bu Leny untuk merayakan SinChia tahun lalu bersama Kelasi.. Sesudah itu, ia masih beberapa kali kontak saya dan kami omong2 mengenai buku-buku yang ditulis oleh Romo Sugiri yaitu "In Spiritu Domini".

Setia, sederhana, rendah hati, kritis, suka belajar, adalah keutamaan2 yang telah diwariskan oleh Pak Roy kepada kita semua. Mari kita menimba warisannya, agar dalam sejumlah keutamaan itu kita dimampukan untuk mencintai dan melayani banyak orang... Jum'at pagi (2 September 2011) di Oasis Lestari, putri Pak Roy (Diana) mengakui dengan jujur tentang ayahnya : ".....banyak luka batinnya, tetapi mencintai dan dicintai banyak orang". Itulah gambaran kesempurnaan dan kepenuhan cinta Tuhan di dalam dan melalui kita manusia yang lemah dan rapuh. Terpujilah Nama Tuhan !

Akan tetapi, di balik kehilangan Pak Roy di tahun ke 35 PKK di KAJ ini, pada hari Pentakosta yang baru lalu, kita dianugerahi seorang Moderator baru yang bertempat-tinggal di Paroki Mangga Besar, tempat PDKK pertama kali lahir, yang dari situ kemudian membakar semangat pembaharuan ke seluruh Jakarta dan juga Indonesia. Suatu kebetulan kah ?? Semoga ada gerakan dan semangat kembali kepada cinta mula-mula melalui dan dalam bimbingan Moderator baru yang dipercayakan Tuhan kepada kita semua...

Vaya con Dios, Om Roy. Kuharap kamu tetap mendoakan Gereja yang dalam keprihatinanmu perlu diperbaiki terus-menerus (Ecclesia semper reformanda!). 
Selamat menikmati Pintu Gerbang dan Pelataran Rumah Tuhan dengan puji-pujian. Doa-doa dan cinta kami menghantarmu untuk masuk penuh ke Rumah Bapa..

Salam dan doaku,
Meifung.


Monday, August 15, 2011

Peringatan Maria diangkat ke Surga - 15 Agustus 2011


Luk 1:39-56 (Bacaan Injil dari Sabtu-Minggu, 13-14 Agustus 2011.

Kidung Pujian Maria mengangkat hati semua pembaca untuk memandang Tuhan yang berpihak kepada orang-orang sederhana, rendah hati dan taat. Itulah yang disebut Maria sebagai orang yang "berbahagia", yang memancarkan sinar terangnya kepada semua bangsa. 

Maria begitu penuh Roh Kudus sehingga kehadirannya membawa daya yang menyebabkan rahim Elisabet melonjak kegirangan. Diterangi oleh rahmat Tuhan, Elisabet yang menerima visitasi Maria itu, menyebut Maria sebagai "ibu Tuhanku". Demikian juga menjadi keyakinan kita. Ia adalah ibu dari Allah Putera yang menjadi manusia. Maka bukanlah sesuatu yang berlebihan (sebagaimana dicurigai/disangsikan oleh banyak orang) jika Gereja menobatkan Maria sebagai "yang diangkat ke Surga dengan jiwa dan raganya", mengingat peran dan kedudukan Maria yang amat istimewa dalam sejarah keselamatan umat manusia. 

Ditemani oleh Maria kita ingin dikuatkan untuk tumbuh dalam kemurnian jiwa sehingga kita mampu memuliakan Tuhan selalu dengan pikiran, perkataan dan tindakan nyata sehari-hari. Semoga bersama Maria, kehadiran kita menjadi juga sarana kehadiran Allah yang menggerakkan banyak orang berkat daya Roh KudusNya. 

Bersama Maria kita juga diundang ikut ambil bagian dalam pembaharuan tata dunia, melalui perjuangan untuk melawan ketidakadilan, kemiskinan, kebodohan dan pelbagai kekerasan yang merusak tatanan masyarakat dimana kita berada. 
Bersama Maria yang diangkat ke Surga, kita tidak gentar karena Allah di pihak kita. "Allah memperhatikan dan meninggikan kerendahan hambaNya", tutur Maria. 


Maria menyertai kita selalu dengan doa-doa dan kehangatan cinta keibuannya, sehingga  kita tidak perlu sendirian dan tidak perlu kesepian untuk mengayunkan langkah kaki dalam peziarahan di bumi ini. Maria memampukan kita untuk terus berjuang dalam pembaharuan batin pribadi dan dalam upaya-upaya kita untuk semakin mewujudkan pembaharuan tata dunia.  Semoga !

Tuesday, June 21, 2011

Belajar berdoa dari tukang rujak

Belajar berdoa dari tukang rujak
Mumpung libur kuliah, pagi hari kupakai kesempatan ke pasar tradisional yang tinggal jalan kaki 2 menit dari rumah. Menjelang pulang, di ujung gang pasar ada tukang rujak, kuminta dibuatkan 5 ribu rupiah untuk siang ini. Karena tangan kanan kiri sudah penuh dengan plastik-plastik belanjaan nan berat, kuminta abang rujak mengambil dompet dari tangan kananku, membuka dan mengambilnya sendiri 5 ribu dari dompet itu. Si abang kelihatan rada bingung. Kuulangi permintaanku sambil minta maaf kepadanya karena tanganku sudah penuh barang. Lalu dia ambil dompet itu, dibukanya dengan sikap ragu-ragu dan tangan gemetaran. Dia minta ijin berkali-kali untuk mengambil uang 5 ribu. Lalu kutanya: "mengapa tangannya gemetaran, Bang?". Ia menjawab: "saya takut Bu, gak pantes ngambil uang sendiri dari dompet Ibu, baru kali ini disuruh ngambil uang sendiri dari dompet pembeli."  

Sambil berjalan pulang, saya berpikir : 
Kapan terakhir saya gemetar karena merasa tidak pantas atas kepercayaan Tuhan yang begitu besar dalam hidupku? Wah, sudah tidak ingat.  


"Tuhan, berilah saya sikap gemetar karena kagum dan hormat terhadapMu, 
untuk setiap kali memberikan rahmat serta kepercayaan yang begitu besar 
kepadaku yang tidak pantas ini..." 

Terima kasih Abang tukang rujak yang telah mengajari aku berdoa pagi ini..



Jakarta, 21 Juni 2011


Ilustrasi diambil dari www.google.com

Tuesday, May 24, 2011

"Orang Gila Membuat Ayunan"




ORANG GILA MEMBUAT AYUNAN


Hari Minggu pagi, dua orang anak usia 5 tahun-an bercakap2 di depan pintu rumahku
A : "Horeee...Miss Monica bikin ayunan dan prosotan buat kita main-main"
B : "Bukan Miss Monica yang bikin itu, tau? Orang lain yang buatin ayunan-nya, orang gila!"
A : "Nah lu, koq orang gila bisa bikin ayunan?

Setelah kurenungkan, anak kecil itu benar !
Di tengah zaman google yang membuat banyak anak tergila-gila pada mainan-mainan elektronik yang sangat  egosentrik, tetap dibutuhkan orang-orang gila yang memiliki hati untuk membuatkan mainan-mainan
yang mendorong anak-anak saling membutuhkan teman agar mereka dapat bergembira bersama-sama...

Terima kasih dik, untuk percakapan kalian...

Jakarta, 24 Mei 2011

Friday, May 20, 2011

PEDIGREE


PEDIGREE

Kuingin kau tumbuh baik
Meski tak setara manusia
Kau tampak sangat cerdik
Dapat diajak bersukaria

Setia adalah sifat utamamu
Ingin dekat dimana tuanmu berada
Cari perhatian di raut wajahmu
Setelah seharian kita tak jumpa

Dengan cekatan naik ke pangkuan
Hanya demi unjuk kebersamaan
Lalu kau tidur dengsan nyaman
Menikmati rasa puas dan aman

Kau minta apa yang kumakan
Bagaikan tak pernah kenyang
Kusisihkan 260 ribu tiap bulan
Agar kau tetap menyalak lantang

Saturday, April 23, 2011

SABTU SUCI 2011



SABTU SUCI 


Yang mahatinggi turun ke kubur
Sang terang masuk makam gelap
Sumber hidup disalib dan gugur
Anak Manusia lunglai terbaring lelap 

Jubah ungu melepas detik-detik getir
Hitam menangisi dosa nan kelam
Merah menandai darah sang martir
Putih suci membaharui masa silam

Oh wajah mulia yang lelah dan hancur
Menebus yang hina dengan cinta luhur
Kembali kepada Bapa sebagai Sang Silih
Keheningan suci menebar harum kasih

Pesona Tubuh yang tercabik oleh dosa  
Pengosongan Diri semerbak mewangi
Misteri yang tak ternoda oleh binasa
Sakramen Allah yang tak tertandingi 

Maut tak membuat cinta surut
Kematian bukan akhir kisah
Kesedihan tak kan berlarut
Tersedia kebangkitan cerah

Jakarta, 23 April 2011

Friday, April 22, 2011

Jum'at Agung 2011


Salib....
Melampaui cinta diri
Mengatasi rasa sakit
Menyeberangi batas

Salib....
Misteri segala yang ada
Mengasihi tanpa memiliki
Memberi tanpa menguasai

Salib....
Kepenuhan dari pengosongan diri
Kemuliaan dari hamba yang dihina
Kerendahan hati yang tertinggi

Salib....
Tak terserap habis oleh budi
Tak tuntas terungkap dalam kata
Tak terselami sepanjang masa

Sunday, April 10, 2011

SENANDUNG DI BALIK AIR




SENANDUNG DI BALIK AIR

Rumahku tak lagi tenang
Penuh umpan menantang
Ingin kuberseru lantang
Mari ikut kami berenang

Teman-temanku menghilang
Diseret tangan-tangan jalang
Membuat para tuan senang
Dan berteriak dengan girang

Oh teman, kau pergi tak kembali
Terjerat lemparan tali-tali
Ragamu kan tumpah di kuali
Seandainya kubisa jadi wali

Oh siapa gerangan di atas sana ?
Yang membuat hatiku cemas
Tak lelah sampai umpanmu kena
Mengapa tak biarkanku bebas ?

Friday, April 8, 2011

TUHAN, GEREJA dan MAMA



TUHAN, GEREJA, DAN MAMA

Tak selalu tersingkap
Namun saling merasuki
Tak mudah terungkap
Meski saling menandai

Mereka begitu rekat
Menembus jiwaku
Jejak-jejaknya melekat
Mengasuh budiku

Menjelma di batin dan tubuh
Menguak nyawa penggerak raga
Tanpa pamrih jadi penyuluh
Tuk menari di medan laga

Oh Alfa dan Omega
Oh Mempelai kini dan nanti
Jika kelak kupandang Surga
Lenyap sudah yang tanpa arti

Semua aksara kan terbakar
Hangus di tengah belukar
Tak lagi perlu bertutur
Ketika semuanya gugur

Oh Tuhan ...
Gereja ....
Mama ....

Sang Bisu yang rajin menyapa
Tak Terlihat yang selalu melihat
Sang Pelita kala pekat menerpa
Sahabat Jauh yang selalu mendekat


Jakarta, Tahun Baru Imlek 3 Pebruari 2011
Dipersembahkan untuk Alm. Maria Febiana.

Monday, January 10, 2011

"Minjem koq gitu ?"

Candice Billicenira, 5 Tahun, 
putri bungsu Pasutri Thomas - Jiu Lie

Refleksi akhir tahunku.
Monica Maria Meifung

"Minjem koq gitu?"
Pertanyaan pendek ini keluar dari mulut Candice, 5 tahun, putri bungsu seorang sahabat bernama Pak Thomas Sulasbi, di kolam pemancingan. Tidak saya duga, ini menjadi suara Tuhan yang sampai hari ini terus menggema di hati saya, sebagai refleksi penutup akhir tahun 2010.

Waktu itu (Rabu siang, 29 Des 2010) umpan untuk mancing yang ada di tangan saya habis, lalu seorang teman yang duduk di tengah antara saya dan Candice minta tolong kepada Candice untuk mengambilkan mangkok plastik merah berisi umpan yang ada di depannya, dengan berkata :
"pinjam dong Candice, itu tempat umpannya". Saya terima mangkok merah itu melalui teman tadi. Supaya mangkok itu tidak mondar-mandir, maka saya ambil umpannya cukup banyak, sekitar seperempat dari keseluruhannya. Tindakan saya ternyata diamat-amati oleh Candice, yang ketika menerima kembali mangkok merah itu dengan spontan ia berseru : "Minjem koq gitu?" (Maksudnya, pasti, saya mengambil terlalu banyak).

Kami terkejut sambil terpingkal-pingkal atas sebuah respon tajam dan kritis dari seorang Candice. "Bener juga ya", minjem kok gitu ya?" kata sahabat kami. 

Entah mengapa, kalimat pendek dan kritis dari Candice terus terngiang-ngiang dalam doa-doa dan meditasi saya hari-hari ini. Seperti menjadi kalimat dari Tuhan yang menggugat :
- ketika saya menikmati berkat tanpa sikap berbagi dengan orang lain, padahal berkat itu hanyalah titipan Tuhan, bukan hasil kerja keras saya.
- ketika saya berbangga atas sejumlah keberhasilan dan merasa diri tak tertandingi, padahal keberhasilan itu cuma pinjaman dari Tuhan.
- ketika saya bersolek terlalu lama di depan cermin sambil mengagumi diri sendiri, padahal wajah itu cuma pinjaman dari Tuhan dan orang tua saya.
- ketika saya menghambur-hamburkan waktu dengan bermalas-malas dan mengerjakan yang tidak penting, karena mengira saya adalah pemiliknya, padahal cuma pinjaman Tuhan juga.
- ketika saya memboroskan uang dengan membeli apa-apa saja yang saya sukai, bukan yang saya butuhkan... Padahal itu uang yang dipinjamkan Tuhan kepada saya...
- ketika saya bersikap rakus terhadap ilmu pengetahuan 
dan melahapnya sampai merusak kesehatan, padahal tubuh saya dan kesempatan belajar yang ada pada saya, adalah tak lain dan tak bukan hanyalah pinjaman dari Tuhan, bukan milik diri saya sendiri....
- ketika saya tidak bertanggungjawab dan terlalu egosentrik dalam melaksanakan pelayanan, dengan sikap pilih-pilih menurut selera dan keuntungan yang bisa saya peroleh, padahal kemampuan melayani juga titipn alias pinjaman dari Tuhan.. 
- ahhh, masih banyak lagi. Semuanya cuma pinjaman dari Tuhan. Tapi saya sering bersikap tidak tahu diri, terlalu haus dan rakus mencarinya bagi kepentingan diri sendiri, kurang berterimakasih / bersyukur, mengembalikan kepada Tuhan secara tidak pantas, dan seterusnya.

Hanya satu kalimat pendek yang diajukan Tuhan kepadaku di hari terakhir tahun 2010 ini : "Minjem koq gitu?"

Tuhan, 
Semoga di 
tahun baru yang akan datang,
saya dapat memperbaiki diri, menjadi seorang "peminjam" yang lebih baik, lebih tahu diri, lebih bertanggungjawab dan lebih memuliakan Engkau.

Tuhan,
Terima kasih untuk seorang Candice yang Kau pakai untuk menyampaikan teguranMu kepadaku.

Jakarta, 31 Desember 2010

Dari aku yang mengasihiMu.

Saturday, January 1, 2011

Selamat datang 2011


Tahun Baru 2011 - Monica Maria Meifung

Mari kita lepas dan sambut waktu
Menghitung hari merajut minggu
Menghimpun berkat menjadi satu
Seraya dendangkan sebuah lagu

Madahkan syukur bagi Tuhan
Tuk anugerah teman dan saudara
Bersama menggalang paguyuban
Menghadapi suka dan duka lara

Lalui bulan merangkum tahun
Berdiri menghadap Sang Kuasa
Lihat diri lewati padang gurun
Hangat di pelukan Yang Perkasa

RahmatNya tak pernah kurang
RencanaNya tak pernah gagal
Segenap talenta harus digalang
Jadi abdi penuh daya dan akal

RinduNya tak pernah padam
KasihNya tak pernah pudar
Mari cintai yang remuk redam
Tuk hadapi hidup dengan tegar

Selamat datang di tahun yang baru
Buka jendela jiwa menabur kasih
Beri warna-warni di lembaran baru
Dengan pelangi di Tangan Pengasih