Bienvenue ami ...
Thankyou for visiting my blog. Have a good thing here. God bless you.

Saturday, September 3, 2011

Vaya con Dios, Pak Roy Setjadi....



100% Karismatik, 100% Katolik
Merenungkan 35 Tahun PKK di KAJ 
dalam kepergian Pak Roy Setjadi (12 Mei 1943 - 28 Agustus 2011)



Tawar-menawar dan kesepakatan antara Romo Sugiri SJ dan Pak Roy Setjadi, sesudah mereka berdua mengikuti Seminar Hidup Baru dalam Roh di Katedral oleh Pastor O'Brian SJ dan Pastor Heribert Schneider SJ dari Manila (atas undangan Alm Mgr Leo Soekoto SJ), melahirkan PDKK pertama di Jakarta pada tahun 1976 yaitu PDKK St. Petrus & Paulus, Paroki Mangga Besar. Keduanya (Romo Sugiri dan Pak Roy) nampaknya bukan sekedar "mengikuti" SHDR namun menerima pangalaman pencurahan Roh Kudus, yang mengobarkan kembali api cinta di hati mereka sehingga mereka mau bertekun membimbing umat yang hadir dalam PDKK setiap hari Rabu di Paroki Mangga Besar waktu itu.

Dalam pandangan banyak orang, deal antara Romo Sugiri dan Pak Roy (saya masih berat menaruh kata "Almarhum" disamping nama Pak
Roy) barangkali dianggap kejadian biasa. Namun dalam perspektif sejarah PKK di KAJ itu merupakan peristiwa yang menancapkan tonggak penting yang tidak pantas untuk dilupakan. 
Sejak tahun 1976 itu, Romo Sugiri bersama dengan Pak Roy rajin mengikuti Seminar-Seminar internasional tentang PKK, guna menyerap pengalaman dan pengetahuan sebanyak mungkin bagi tumbuh kembangnya PKK di Keuskupan Agung Jakarta. Mereka juga rajin memenuhi permintaan-permintaan untuk membimbing seminar, retret-retret, pendalaman iman yang datang dari seluruh penjuru Indonesia. Kehausan banyak umat katolik akan pengalaman pembaharuan banyak terjawab oleh komitmen dan ketekunan mereka.

Tahun 1989 ketika ada badai dan arus kuat dimana beberapa tokoh penting PKK "hijrah" dari Gereja Katolik, Pak Roy termasuk satu dari sedikit tokoh yang rela bertahan dan setia kepada Gereja, meskipun seribu satu tawaran sukses dan bujuk rayu memikat bertubi-tubi menghampirinya. Ia memilih untuk tetap menjadi orang yang setia dan sederhana. Kesetiaannya yang tuntas tercermin dalam up-date status bbm-nya : "SETIA SAMPAI AKHIR". Siapa yang menyangka, bahwa spirit itulah yang rupanya ia jadikan warisan utama dalam mudiknya ke Surga yang amat mendadak.

Bersama Romo Sugiri dan ditemani istrinya, Ibu Winny, beliau ikut berjuang dan bekerja keras mencurahkan segala yang ia bisa berikan bagi kemajuan PKK, sampai kemudian menjadi Koordinator ke 5 PKK KAJ (tahun 1991-1997), sesudah Bpk Petrus Maximus Tene (1976), Alm. Bpk Antonius Rahmat Abdissa (1977-1984), Bpk Mangkuorahardjo (1984-1987), dan Bpk Emile Masbrata (1987-1991). Pada masa Pak
Roy menjadi Koordinator, PKK mengalami perkembangan yang sangat berarti. Titik-titik yang mendapat perhatiannya secara istimewa, telah ikut memberi warna dan kekhasan tersendiri bagi PKK di KAJ waktu itu: evangelisasi, JOD, pujian dan penyembahan, penyembuhan batin, konseling.

Saya terkenang sebuah lagu pujian yang sangat ia sukai dari Mazmur 100. Terbayang bagaimana beliau menyanyikannya dengan riang, senyum gembira dan sangat hidup dalam permainan gitarnya:
1. Bersorak-sorai bagi Tuhan
Hai seluruh bumi. 
Beribadahlah bagi Tuhan 
Dengan sukacita.
Refr : Datanglah padaNya
Pujilah NamaNya
Dia yang menjadikan kita
MilikNya-lah kita 

2. Masuk lewat pintu gerbangNya
Dengan nyanyian syukur
Dan ke dalam pelataranNya
Dengan puji-pujian
Refr : Bersyukur padaNya
Pujilah NamaNya
Sebab kasih setia Tuhan
Untuk selamanya  

Lagu ini juga selalu ada di hati saya.
Dan saya membayangkan bagaimana Pak Roy bukan hanya telah menghidupkan lagu ini sebagai sumber semangat dan sumber harapan di hati banyak orang, namun ia sendiri kini telah masuk dalam kepenuhan realitas dari seluruh kata dan keindahan yang tertuang dalam lagu pujian Mazmur 100 itu.

Di awal tahun 2011, saya sempat mengadakan refleksi :  ini adalah tahun Lustrum PKK ke 7 di KAJ. Akan ada perayaan apa ya ? Selama 8 bulan penuh saya menunggu-nunggu. Kini pertanyaan refleksiku  telah dijawab oleh Tuhan : ada sorak-sorai dan perayaan besar-besaran di Surga, untuk seorang hamba terbaik bagi perkembangan PKK di KAJ, yang diberi kehormatan untuk memasuki Rumah Bapa melalui Pintu Gerbang dan Pelataran Surga. Pak Roy telah dipilih untuk mewakili seluruh pejuang, pewarta, pengajar, konselor dan aktivis PKK di KAJ, merayakan ibadah sempurna bagi Tuhan, dengan kepenuhan sukacita Surgawi. 

Saya pribadi tidak begitu banyak bekerjasama dengan Pak Roy, namun ada perasaan dekat dan perasaan kehilangan yang mendalam, karena saya mengenal beliau sejak kecil di usia 14 thn (sejak 1979 di PDKK Mangga Besar) dan kemudian dalam beberapa event menemani Rm Sugiri untuk pelayanan di PKK. Beberapa kali kami berteam memberi retret dan pembinaan di luar
kota bersama Romo Sugiri dan Ibu Winny. Itu sudah lama sekali. Selain kesetiaan dan kesederhanaannya, yang saya kagumi dari Pak Roy adalah kerendahan hatinya. Meskipun usia kami terpaut 22 tahun (seperti bapa dan anak ya) ia tidak segan untuk memperlihatkan sikap respeknya terhadap saya sebagai sesama pewarta dan pengajar di SEP. 

Saya kehilangan seorang teman diskusi yang berani dan blak-blakan. Dengan senyum di balik kumis dan sikap sinisnya (namun bersahabat), ia pernah tanya kepada saya : "Ngapain luh pakai belajar teologi segala, emangnya bisa berbuat apa untuk memperbaiki Gereja?". Dengan spontan saya jawab ; "Om, gue belajar teologi bukan untuk membenahi Gereja, tapi syukur2 dan minimal bisa untuk membenahi diri sendiri, memperbaiki pewartaan dan pengajaran gue, supaya gak ngawur2an dan gak sembarangan ngomong." Lalu kami tertawa bersama2 dan meneruskan omong2 soal Gereja Pasca Konsili Vatikan II.. Itu diskusi di meja makan di sebuah restoran ketika memenuhi undangan Bu Leny untuk merayakan SinChia tahun lalu bersama Kelasi.. Sesudah itu, ia masih beberapa kali kontak saya dan kami omong2 mengenai buku-buku yang ditulis oleh Romo Sugiri yaitu "In Spiritu Domini".

Setia, sederhana, rendah hati, kritis, suka belajar, adalah keutamaan2 yang telah diwariskan oleh Pak Roy kepada kita semua. Mari kita menimba warisannya, agar dalam sejumlah keutamaan itu kita dimampukan untuk mencintai dan melayani banyak orang... Jum'at pagi (2 September 2011) di Oasis Lestari, putri Pak Roy (Diana) mengakui dengan jujur tentang ayahnya : ".....banyak luka batinnya, tetapi mencintai dan dicintai banyak orang". Itulah gambaran kesempurnaan dan kepenuhan cinta Tuhan di dalam dan melalui kita manusia yang lemah dan rapuh. Terpujilah Nama Tuhan !

Akan tetapi, di balik kehilangan Pak Roy di tahun ke 35 PKK di KAJ ini, pada hari Pentakosta yang baru lalu, kita dianugerahi seorang Moderator baru yang bertempat-tinggal di Paroki Mangga Besar, tempat PDKK pertama kali lahir, yang dari situ kemudian membakar semangat pembaharuan ke seluruh Jakarta dan juga Indonesia. Suatu kebetulan kah ?? Semoga ada gerakan dan semangat kembali kepada cinta mula-mula melalui dan dalam bimbingan Moderator baru yang dipercayakan Tuhan kepada kita semua...

Vaya con Dios, Om Roy. Kuharap kamu tetap mendoakan Gereja yang dalam keprihatinanmu perlu diperbaiki terus-menerus (Ecclesia semper reformanda!). 
Selamat menikmati Pintu Gerbang dan Pelataran Rumah Tuhan dengan puji-pujian. Doa-doa dan cinta kami menghantarmu untuk masuk penuh ke Rumah Bapa..

Salam dan doaku,
Meifung.