Bienvenue ami ...
Thankyou for visiting my blog. Have a good thing here. God bless you.

Thursday, November 18, 2010

Pelayanan Evangelisasi



Pelayanan Evangelisasi dalam Gereja
Melalui Pembaharuan Karismatik Katolik
Monica Maria Meifung – Konvenda 2008 di Kinasih, Bogor
A. PENGANTAR
      Kata “evangelisasi” berasal dari sejarah kuno, melalui kejadian dimana seorang budak dipilih untuk membawa kabar gembira kepada raja mengenai kemenangan di dalam suatu peperangan. Pembawa kabar baik ini kemudian dianugerahi kebebasan menjadi orang “merdeka”. Maka ia membawa kabar baik itu dengan berlari kencang sambil menari-nari dengan gembira, karena tugas itu sekaligus membawa kebebasan bagi dirinya. 1
      Kenyataan inilah yang dirumuskan dalam istilah ‘evangelisasi’. Evangelisasi adalah pewartaan Kabar Baik, bahwa di dalam Yesus Kristus, Putra Allah yang menjelma menjadi manusia, “keselamatan” ditawarkan kepada segenap umat manusia. Ini merupakan anugerah yang berupa rahmat dan belaskasih Allah. 2
      Imbauan Apostolik Paus Paulus VI, Evangelii Nuntiandi, merumuskan Evangelisasi sebagai : membawa Kabar Baik kepada segala tingkat kemanusiaan, dan melalui pengaruh Injil merubah umat manusia dari dalam dan membuatnya menjadi baru : “Lihatlah Aku menjadikan segala sesuatu baru” (Why 21:5, 2 Kor 5:17, Gal 6:15).3
        Kita tak pernah bisa merumuskan secara sempurna, apa itu Evangelisasi. Evangelii Nuntiandi memberi bantuan dalam enam kata kunci yang dicatat sebagai unsur-unsur hakiki dari Evangelisasi, yaitu : pembaharuan, penginjilan kebudayaan, kesaksian hidup, pewartaan eksplisit, persekutuan umat beriman, dan terbitnya rasul-rasul baru. Satu demi satu dari kata-kata kunci tersebut dapat membawa kita kepada implikasi yang amat luas dan mendalam serta akan menjadi ‘pekerjaan rumah’ seumur hidup. Evangelisasi adalah Pewartaan Kabar Baik yang amat sangat kaya, dinamis, dan sekaligus kompleks juga. Maka apabila workshop ini selesai, kita belum akan menjadi orang yang mengerti segalanya tentang Evangelisasi. Kita akan melakukan sesuatu yang lebih sederhana saja : menjadi teman berefleksi satu sama lain untuk menjawab sebuah pertanyaan, apakah keterlibatanku di Pembaharuan Karismatik Katolik, membuat Gereja semakin mendekat kepada tujuan ia dilahirkan, yakni : membawa Kabar Baik kepada segala tingkat kemanusiaan, ......”?, sebagaimana dirumuskan dalam EN 18.
 
B. GEREJA DILAHIRKAN DARI & UNTUK EVANGELISASI
Yesus diutus untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah (Luk 4:43). Ketika menyelesaikan tugasNya, menjelang naik ke Surga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa, Ia meninggalkan sebuah Amanat Agung (Mat 20:18-20). Kemudian diutuslah Roh Kudus yang dijanjikan oleh Yesus, Roh Kebenaran yang menjadi Penolong dan Penghibur (Yoh 14 : 16-26) yang amat diperlukan oleh murid-muridNya guna melaksanakan Amanat AgungNya : menjadi sebuah persekutuan yang memiliki daya untuk pergi sampai ke ujung-ujung bumi mewartakan misteri wafat dan kebangkitanNya. Dengan kata lain, Gereja lahir dari pewartaan Injil atau Evangelisasi.4 Evangelisasi merupakan perutusan hakiki Gereja, merupakan rahmat dan panggilan yang khas bagi Gereja, identitasnya yang terdalam. Gereja ada untuk mewartakan Injil.Panggilan tersebut tidak pernah berubah dan berlaku untuk Gereja masa kini dimana kita semua berada di dalamnya. Tak seorangpun dari kita dapat membebaskan diri dari panggilan yang mendasar ini. Tak satu institusi atau lembaga mana-pun yang bernafaskan iman kristiani, boleh mengecualikan dirinya dari tugas ikut berjuang melaksanakan perutusan hakiki Gereja yang satu ini : evangelisasi !

Oleh karena Gereja secara keseluruhan bersifat misioner, maka evangelisasi adalah suatu kegiatan eklesial.6  Orang yang ber-evangelisasi adalah orang yang mengeri bahwa ia sedang melaksanakan suatu tindakan gerejani, bukan tindakan privat atau perseorangan. Orang yang bergiat dalam evangelisasi, tidak berbicara ataupun bertindak atas nama dirinya sendiri. Lalu kita dapat meneruskannya dengan bertanya kepada diri sendiri : sejauh mana langkah-langkahku dalam mewartakan Injil sudah terintegrasikan dengan derap langkah Gereja sebagai perwujudan Tubuh Kristus di dunia ? Konkretnya : hal-hal apa saja yang menandai aku telah menempatkan diri dalam kesatuan dengan Gereja sebagai Persekutuan Umat Beriman, dan dalam hal apa aku menemukan diri dalam ‘kecenderungan’ atau ‘kesenangan’ yang berporos kepada diriku sendiri ?    

C. ROH KUDUS ADALAH JIWA GEREJA  
Evangelisasi tidak mungkin tanpa karya Roh Kudus. Roh Kudus adalah pelaku utama evangelisasi. Dialah yang menggerakkan ciptaan baru, kemanusiaan baru. Melalui Roh Kudus Injil meresapi jantung dunia.7 Ia adalah Roh yang mengarahkan tugas perutusan Gereja, menjadikan seluruh Gereja bersifat misioner, Ia hadir dan bergiat pada setiap waktu dan tempat.8  Tanpa Roh Kudus maka :
·        Persiapan yang paling sempurna pun dari penginjil, tidak menghasilkan apa-apa.
·        Dialektik yang paling meyakinkan pun tidak punya daya atas hati manusia.
·        Skema-skema yang paling berkembang sekali pun, yang bersandar pada dasar sosiologis atau psikologis, dengan cepat akan kelihatan tanpa nilai.
Ungkapan Yesus tentang hal ini, oleh penginjil Yohanes dicatat : Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar”  (Yoh 15:6).
Dengan Roh Kudus :
  • Gereja dipandu untuk menentukan baik orang-orang, bangsa-bangsa, dan tempat-tempat yang menjadi tujuan perjalanan misionernya.
  • Pewartaan Kabar Baik oleh Gereja menghasilkan pertobatan sejati/perubahan tingkah laku.
  • Gereja dibimbing untuk mengambil keputusan dalam keadaan yang sulit sekalipun.
  • Injil dimungkinkan untuk membaharui kebudayaan-kebudayaan.
  • Gereja dibimbing untuk tidak kehilangan semangat dan motivasi.
  • Pewartaan Kabar Baik menghasilkan bukan saja individu-individu yang hidupnya lebih baik, akan tetapi juga melahirkan ’jemaat beriman’.
  • dan seterusnya ........
Mari melanjutkan sedikit refleksi kita pada bagian ini :
  1. Mana buah dan karunia Roh Kudus yang telah kuterima sebagai buah dari evangelisasi dan yang menggerakkan semangat evangelisasi dalam diriku ?
  2. Hal-hal mana dalam keterlibatanku di PKK yang memperlihatkan kurangnya Roh Kudus berkarya dalam pelayanan-pelayanan yang dipercayakan kepadaku ?
D. PEMBAHARUAN KARISMATIK KATOLIK SEBAGAI PEMBAHARUAN GEREJA
Pembaharuan Karismatik Katolik (PKK) menolong banyak orang untuk menghayati bahwa, iman itu menjadi darah-daging, dalam arti mengalami hidup dan karya Roh dalam segala segi hidup sampai ke inti diri.9  PKK amat menghormati Pentakosta, tatkala para murid secara teraba dan terasa mengalami jamahan kasih Roh secara luar biasa (Kis 2:1-13).10 Dalam pengertian ini, saya ingin menterjemahkan PKK bukan pertama-tama sebagai sekumpulan orang beriman yang merasa dirinya atau kelompoknya sebagai yang ‘berbeda’ dengan orang atau kelompok yang lainnya, tetapi sebagai Pembaharuan Gereja.
Pembaharuan Gereja adalah panggilan dan tanggung jawab semua umat beriman, bukan tanggung jawab segelintir orang. PKK sebagai pembaharuan Gereja berjalan bersama dengan seluruh anggota umat beriman, untuk semakin mewujudkan dan membuat Gereja menjadi Tubuh Kristus yang semakin ‘teraba’, semakin ‘terasa’ dan ‘tercium’ harumnya di dunia (meminjam istilah Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus “Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa” – II Kor 2:15).
PKK merupakan suatu pembaharuan yang berada dalam gerakan inklusif, bukan eksklusif. Itu sebabnya saya memohon agar workshop ini berjudul : “Pelayanan Evangelisasi dalam Gereja Melalui Pembaharuan Karismatik Katolik”, bukan “Pelayanan Evangelisasi dalam Pembaharuan Karismatik Katolik”. PKK dimaksud sebagai pembaharuan yang derap langkahnya mendukung, menyemangati, dan menyegarkan Gereja untuk  semakin mampu melaksanakan tugas perutusan hakikinya yaitu evangelisasi. Aneka pelayanan evangelisasi melalui PKK tidak dibangun demi dirinya sendiri, ia hanya punya arti kalau diletakkan dalam panggilan dasar seluruh Gereja : membawa Kabar Baik melalui penginjilan, pengudusan dan pembaharuan tata dunia.
Salah satu tema Konvenas (yang ke 3 di Salatiga tahun 1985) yaitu “At the Heart of The Church”, yang diterjemahkan “Jadilah Jantung Gereja”, masih amat mengesan, tak terlupakan dan masih terngiang-ngiang di telinga batin saya. Itulah spirit PKK yang asali, yang otentik !  PKK mau menjadi jantung yang membuat darah Gereja tetap mengalir dengan segar dan hidup. Sekali cita-cita ini diungkapkan dan dilontarkan kepada dunia, ia tidak pernah bisa ditarik kembali. Hampir seperempat abad berlalu dari tahun 1985, dalam usia catur-windu PKK lahir dan tumbuh di Jakarta, Bogor, Bandung, ……, saya bertanya-tanya kepada diri sendiri : Sungguhkah PKK sudah sampai kesitu ? Penugasan untuk mengisi ‘workshop’ ini membuat saya mencoba sekali lagi merenungkan apa artinya menjadi ‘jantung Gereja’. Dalam tubuh manusia, jantung memiliki peranan sentral dan tak tergantikan, ia mempunyai fungsi dan tugas vital. Akan tetapi ia tidak menonjol, artinya : ia mengambil tempat di dalam tubuh, yang tidak kelihatan dari luar. Berbeda sekali dengan tangan, kaki, mata, mulut, hidung, telinga yang berada di bagian luar tubuh. Orang lumpuh masih bisa hidup, orang buta, bisu dan tuli masih bisa hidup, mereka tetap bisa berkembang dalam hidup meskipun tanpa mata, tanpa mampu bicara dan tanpa mampu mendengar. Namun manusia mana yang bisa hidup tanpa jantung ? Jantung yang sehat membuat tubuh segar, jantung yang tidak sehat membuat tubuh cepat lelah. Sakit jantung adalah sebuah sakit yang menelan biaya tidak sedikit. PKK yang sehat membuat wajah Gereja berseri-seri. PKK yang tidak sehat membuat Gereja loyo dan kepayahan. PKK yang sehat membaharui Gereja dengan vitalitas tanpa batas. PKK yang tidak sehat membuat Gereja bangkrut dan menderita.     
Di usianya yang ke 32 tahun, sungguhkah PKK telah melaksanakan peranan vitalnya, yakni membuat Gereja tetap hidup dan segar ? PKK adalah sebuah pembaharuan yang mengedepankan gerakan dari karisma-karisma Roh Kudus, tanpa ingin kehilangan semangat untuk mencari kebajikan-kebajikan utama : iman, pengharapan dan kasih. Roh yang melahirkan dan menumbuhkan karisma-karisma itu adalah Roh Cinta Kasih. Roh Cinta Kasih pula yang menjadi sumber inspirasi dalam setiap karya melalui PKK, untuk membuat PKK semakin ‘disukai semua orang’ dan untuk membuat PKK menyuburkan Gereja dengan ‘tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan’ (Kis 2:41-47). Dengan tetap menaruh hormat kepada semua buah positif yang dilahirkan oleh PKK, pada kesempatan ini saya ingin juga merefleksikan : Mengapa PKK sering tidak disukai orang ?
Dalam perjalanannya PKK sebagai Pembaharuan Gereja menemukan sejumlah sarana dan kebiasaan tertentu yang secara konkret dapat membantu memfasilitasi umat beriman, untuk menjadikan iman itu sebagai sesuatu yang lebih terasa, teraba, dan mendarah-daging dalam diri pribadi. Sarana-sarana tertentu diungkapkan melalui tata-laksana tertentu pula, yang (entah disadari entah tidak disadari) terkadang menarik perhatian banyak orang sekitar lebih kepada penampilan daripada intensi yang dimaksud. Lalu disitu tak jarang terjadi ketegangan, antara ungkapan lahiriah dengan intensi batiniah, antara penampilan dan isi yang mau ditampilkan, antara bungkus kado dengan isi kado. Kecenderungan untuk meniru dan meng-adopsi sejumlah kebiasaan dari ’negeri seberang’  sering lebih merugikan daripada menguntungkan, misalnya : membuat banyak orang katolik merasa tidak ’at home’ kendati sedang duduk di rumahnya sendiri. Kaderisasi yang kurang matang di dalam PKK terkadang menghasilkan individu-individu yang lebih memutlakkan tata-lahiriah ketimbang mengejar ‘pembaharuan’ itu sendiri.
Kendati ada keterbatasan dan kelemahan manusiawi yang kurang menguntungkan, ada cukup banyak yang dapat diungkapkan sebagai kekayaan Gereja yang bersumber dari semangat PKK. Jutaan manusia telah ditolong untuk mengalami pertobatan yang sangat berarti dan menghayati kembali baptisannya. Ribuan orang dengan rela menyerahkan diri menjadi pendoa, pembimbing, pengajar, pewarta, konselor, pelayan orang miskin, pembina iman umat, dan sebagainya, yang amat menyuburkan pembaharuan Gereja.    

E. SUMBANGSIH PKK BAGI PELAYANAN EVANGELISASI DALAM GEREJA
Untuk sedikit memperdalam hakekat Pelayanan Evangelisasi Gereja, Imbauan Apostolik Paus Paulus VI, Evangelii Nuntiandi telah memberikan rekomendasi mengenai sejumlah cara dan sarana untuk menyampaikan Kabar Baik, yaitu : 11
1. Kesaksian hidup kristiani yg otentik 
2. Kotbah yang hidup                           
3. Liturgi Sabda                                     
4. Katekese                                            
5. Media massa
6. Kontak pribadi
7. Sakramen-sakramen
8. Devosi-devosi
Kita dapat memakai daftar tersebut untuk mengukur : sejauh mana cara dan sarana ini tersedia dengan efektif melalui PKK di tempat kita masing-masing ? Cita-cita PKK untuk ‘menjadi jantung Gereja’ membuat setiap orang yang terlibat menemukan dan membangkitkan gairah Gereja dengan semangat membawa Kabar Baik yang tidak mengenal lelah.
1.        PKK yang sehat melahirkan di dalam Gereja dan bagi Gereja pribadi-pribadi yang sungguh memancarkan dan menularkan keutamaan-keutamaan Kristus melalui kesaksian hidupnya sehari-hari. Kesaksian yang otentik membuahkan pergaulan dan relasi-relasi perseorangan yang sehat, diwarnai oleh cinta persaudaraan yang saling membangun dan menyemangati, bukan sebaliknya. Pergaulan yang sehat dan yang diwarnai oleh buah Roh (Gal 5:22-23) dapat menjadi suatu Pewartaan Kabar Baik yang penuh kuasa.     
2.        PKK yang sehat melahirkan juga bagi Gereja pewarta-pewarta (baik imam maupun awam) yang memiliki dedikasi tinggi untuk membangkitkan iman banyak orang melalui pemberitaan misteri cinta kasih Allah yang mewujud penuh di dalam kelahiran, derita dan wafat serta kebangkitan Yesus Kristus, Sang Penyelamat. Misalnya : tercatat 230 (210 dewasa + 20 mudika) pewarta yang bernaung dalam koordinasi BPK-PKK-KAJ. Mereka siap berbagi renungan dan sharing iman untuk membantu sesama lebih mendekat kepada Tuhan.12 Dan 112 orang dari 230 orang tersebut, juga melibatkan diri sebagai pengajar dalam pelbagai pendalaman iman untuk umat Gereja secara luas : Seminar hidup dalam Roh, Pemuridan, Dasar-dasar Kedewasaan Kristiani, dan sebagainya. 13 Ada banyak usaha disini untuk terus-menerus melaksanakan evaluasi dan aneka pelatihan yang membuat Gereja semakin diperkaya dengan pemimpin-pemimpin yang berkomitment tinggi.  
3.        PKK yang sehat menyediakan sarana yang secara teratur membantu umat  bertumbuh dalam relasi pribadi dengan Tuhan melalui pendalaman hidup doa dan pendalaman Sabda Tuhan. Melalui PKK, di Jakarta tersedia 99 PDKK + 45 PDKM, di Bandung tersedia 22 PDKK + 6 PDKM, di Bogor tersedia 13 PDKK + 3 PDKM. 14 Misalnya : BPK PKK KAJ mewartakan Kabar Baik dalam hal ini dengan pelbagai upaya meningkatkan kualitas PDKK (Persekutuan Doa Karismatik Katolik) melalui pelayanan-pelayanan yang dikerjakan oleh Bidang / Forum Komunikasi Pemusik dan Pelayan Pujian.
4.        PKK yang sehat membangkitkan lahirnya pengajar-pengajar yang mempersiapkan dan membimbing umat untuk menerima warta keselamatan. Dalam terang Roh Kudus mereka memperoleh semangat untuk senantiasa memberi pengajaran yang bertanggungjawab dalam kesatuan dengan Gereja. Hampir 100 orang dari BPPG Jakarta telah memberi diri mereka untuk menjadi pengajar pada Sekolah / Kursus Evangelisasi Pribadi, yang membantu membangkitkan motivasi iman umat Gereja (tercatat 63 orang pengajar dari BPK-PKK-KAJ, 22 orang dari BPK-PKK-Bogor, 11 orang dari BPK-PKK-Bandung, ......). Mereka melayani 48 Paroki di Keuskupan Agung Jakarta, 6 Paroki di Keuskupan Bogor, dan 4 Paroki di Keuskupan Bandung.15 PKK di KAJ juga mengambil bagian dalam pelayanan pengajaran evangelisasi untuk anak-anak melalui Sekolah Guru Bina Iman Shekinah, untuk remaja melalui Sekolah Penginjilan Remaja Shekinah. Juga Sekolah Evangelisasi Pribadi Shekinah untuk orang-orang dewasa, untuk Mudika dan untuk Eksekutif Katolik. Semua ini dimaksud memperkaya Gereja dengan memfasilitasi tercetaknya tenaga-tenaga awam yang handal untuk membawa Kabar Baik kepada semua orang.
5.        PKK yang sehat tidak mengabaikan pentingnya pewartaan Kabar Baik kepada banyak orang melalui pemanfaatan kemajuan di bidang multi media, baik cetak maupun elektronik. Melaluinya pewartaan disampaikan dan diperluas melampaui ‘atap-atap rumah’. Contoh : BPK-PKK-KAJ melalui Bidang Media dan Komunikasi  melayani pewartaan Kabar Baik melalui media cetak ’Shalom Betawi’ (memasuki tahun ke 5), Website, dan Perpustakaan.  
6.        PKK yang sehat melahirkan pribadi-pribadi yang rela dan setia melayani pewartaan Kabar Baik melalui perjumpaan-perjumpaan pribadi yang mendekatkan orang kepada Tuhan : baik langsung melalui pelayanan konsultasi tatap muka ataupun tidak langsung melalui telpon, email, dan sebagainya. Misalnya : Pusat Pelayanan Konseling dan Konsultasi Psikologis Shekinah di Jakarta mengkoordinasi sekitar 25 orang yang secara bergantian melibatkan diri dalam pelayanan konsultasi setiap hari selama jam kerja. Mereka menyelenggarakan juga Kursus Konseling yang telah mencapai Angkatan ke 12 dengan rata-rata 70 peserta per angkatan.16 Melalui PKK tersedia pula pelayanan doa pribadi melalui telpon 24 jam sehari (S.O.S. Line Doa) yang saat ini dilayani oleh  35 orang. 17 Pelayanan ini telah dirintis sejak tahun 1989 oleh Rm. L. Sugiri SJ, Moderator pertama BPK PKK KAJ.
7.        PKK yang sehat melahirkan pribadi-pribadi yang menemukan kekuatan dan kesejatian diri melalui penghayatan akan Sakramen-Sakramen. PKK yang sehat memberdayakan setiap orang beriman untuk memasuki kehidupan sakramental yang sungguh digali dan dirayakan dengan semangat dan cinta baru, yang memuncak pada Perayaan Ekaristi.  
8.        PKK yang sehat tidak membuang devosi-devosi yang dalam sejarah Gereja telah membawa jutaan orang menuju kepada kebaktian dan kedekatan yang intim dengan Tuhan. PKK yang sehat, dalam terang Roh Cinta Kasih membangkitkan dalam setiap orang beriman gairah untuk meneladani para kudus yang telah terbukti dan teruji kesuciannya, bukan pada semangat ‘mengkultus-individukan’ sesama manusia yang masih harus berjuang dalam peziarahan di bumi ini.
Pilihan Gereja untuk memihak kepada orang miskin (“option for the poor”) terakomodasi dalam PKK (di Keuskupan Agung Jakarta) melalui sebuah bidang yaitu Sosial Kemasyarakatan, guna bersama Gereja dan dalam semangat pembaharuan Gereja, memotivasi lebih banyak orang untuk mewujudkan Kerajaan Allah di tengah orang-orang terlantar dan menderita akibat berbagai musibah. Pelayanan-pelayanan kepada orang miskin yang dilakukan oleh anggota team PDKK (baik secara teratur maupun yang bersifat insidental) sudah tak terhitung banyaknya.


F. KESIMPULAN
Konvenda adalah suatu pertemuan (akbar atau setengah akbar) yang ingin kita jadikan wadah untuk merefleksikan ziarah iman kita, sebagai satu keluarga besar (PKK) yang dipanggil untuk ikut melaksanakan perutusan hakiki Gereja : mewartakan  Kabar Baik. Pembaharuan yang sudah kita alami dan dengan demikian kita mau ikut serta di dalamnya untuk membaharui sesama, adalah Pembaharuan Gereja. PKK adalah suatu pembaharuan yang mengajak kita menyatukan derap langkah dan perjuangan kita ke dalam seluruh perjuangan Gereja untuk membawa Kabar Baik ke segala tingkat kemanusiaan, dan melalui pengaruh Injil membuat seluruh bumi ini mempunyai ‘wajah baru’.
Kita tidaklah berjuang sendirian demi kepentingan yang berpusat pada diri sendiri pula. Kita tidak mewartakan Kabar Baik atas nama diri sendiri. Evangelisasi adalah tindakan eklesial. Kita ditemani oleh Gereja, Persekutuan Umat Beriman, bersama dengan dan atas nama Gereja, mewartakan Kabar baik sampai ke darah daging yang tidak jarang menuntut kerelaan menjadi ‘roti yang terpecah’ dan ‘anggur yang tertumpah’, suatu semangat yang jauh dari cinta diri yang berlebihan. PKK yang kita geluti bukan tempat untuk mencari kepuasan rohani pribadi semata, melainkan suatu medan untuk membuat kita berani mati dan bangkit bersama Kristus dalam kancah kehidupan di dunia ini. PKK adalah suatu pembaharuan yang memberdayakan kita untuk hidup selaras dengan janji Baptis dan melangkah dalam kekuatan Roh Kudus yang bersemayam dalam hati kita, yang kehadiran dan kuat kuasaNya diteguhkan kembali dalam pemberian Krisma oleh Gereja.  
Keikutsertaan dan sumbangsih PKK bagi Pelayanan Evangelisasi dalam Gereja, tentu saja tidak senantiasa diwujudkan dalam pembangunan organisasi semata. Ada begitu banyak orang beriman yang tumbuh dalam cinta, doa-doa, mati raga, pertobatan, kehausan mendalami Kitab Suci, penghayatan hidup sakramental, semangat berkorban, perhatian kepada yang miskin, motivasi untuk hidup suci, dan sebagainya, yang ikut menandai tersuburkannya pembaharuan Gereja melalui PKK.
Semangat ber-evangelisasi yang kita alami dan mau kita bagikan pada dunia, adalah semangat Gereja. Maka kita dapat membuka diri untuk memperoleh iman yang segar di saat-saat keraguan kepada Tuhan mendera hati kita. Iman Gereja memberikan kita pengharapan bahwa ada kekuatan baru di saat-saat kelemahan mengganggu. Iman Gereja memberikan kepada kita cinta yang cukup di saat egoisme merasuk dan menodai pewartaan Kabar Baik yang dipercayakan kepada kita. Iman kepada Yesus Kristus, Penginjil Pertama dan Terbesar menghantar kita kepada pengharapan dan cinta kristiani yang sejati. Kita mohon agar Roh Kudus membakar kita dengan apiNya yang menyala-nyala, dan menenggelamkan kita semua untuk menjadi keluarga besar PKK yang masuk ke Jantung Gereja.
_______________________________________
Notes :
  1.   Susan Blum, Misi Evangelisasi, SEP Shekinah, Jakarta, 2007
  2.   Susan Blum, Misi Evangelisasi, SEP Shekinah, Jakarta, 2007
  3.  Paulus VI, Imbauan Apostolik Evangelii Nuntiandi, 1975, Artikel 18
  4.  Idem , EN 15
  5.  Idem, EN 14
  6.  Idem, EN 60
  7.  Idem, EN 75
  8.  Yohanes Paulus II, Redemptoris Missio, 1990, Artikel 24-29
  9.  Bdk. KWI, Surat Gembala mengenai PKK, 1993, No.9
10.  Bdk. KWI, Suarat Gembala mengenai PKK, 1993, No.10
11.  Paulus VI, Imbauan Apostolik Evangelii Nuntiandi, 1975, Artikel 40-48
12.  Sumber : Buku Daftar Pewarta Katolik 2007-2010, BPK-PKK-KAJ.
13.  Sumber : Eddy Partadinata, Wakor Umum BPK-PKK-KAJ, 2008.
14.  Sumber : Robby Jonosewojo, Koordinator BPPG Jakarta, 2008.
15.  Sumber : SEP Shekinah, BPK-PKK-KAJ, 2008.
16.  Sumber : Roy Setjadi, Pembimbing PPKKPS, 2008.
17.  Sumber : Mia Junita, Koordinator S.O.S. Line Doa, 2008.