Candice Billicenira, 5 Tahun,
putri bungsu Pasutri Thomas - Jiu Lie
Refleksi akhir tahunku.
Monica Maria Meifung
"Minjem koq gitu?"
Pertanyaan pendek ini keluar dari mulut Candice, 5 tahun, putri bungsu seorang sahabat bernama Pak Thomas Sulasbi, di kolam pemancingan. Tidak saya duga, ini menjadi suara Tuhan yang sampai hari ini terus menggema di hati saya, sebagai refleksi penutup akhir tahun 2010.
Waktu itu (Rabu siang, 29 Des 2010) umpan untuk mancing yang ada di tangan saya habis, lalu seorang teman yang duduk di tengah antara saya dan Candice minta tolong kepada Candice untuk mengambilkan mangkok plastik merah berisi umpan yang ada di depannya, dengan berkata : "pinjam dong Candice, itu tempat umpannya". Saya terima mangkok merah itu melalui teman tadi. Supaya mangkok itu tidak mondar-mandir, maka saya ambil umpannya cukup banyak, sekitar seperempat dari keseluruhannya. Tindakan saya ternyata diamat-amati oleh Candice, yang ketika menerima kembali mangkok merah itu dengan spontan ia berseru : "Minjem koq gitu?" (Maksudnya, pasti, saya mengambil terlalu banyak).
Kami terkejut sambil terpingkal-pingkal atas sebuah respon tajam dan kritis dari seorang Candice. "Bener juga ya", minjem kok gitu ya?" kata sahabat kami.
Pertanyaan pendek ini keluar dari mulut Candice, 5 tahun, putri bungsu seorang sahabat bernama Pak Thomas Sulasbi, di kolam pemancingan. Tidak saya duga, ini menjadi suara Tuhan yang sampai hari ini terus menggema di hati saya, sebagai refleksi penutup akhir tahun 2010.
Waktu itu (Rabu siang, 29 Des 2010) umpan untuk mancing yang ada di tangan saya habis, lalu seorang teman yang duduk di tengah antara saya dan Candice minta tolong kepada Candice untuk mengambilkan mangkok plastik merah berisi umpan yang ada di depannya, dengan berkata : "pinjam dong Candice, itu tempat umpannya". Saya terima mangkok merah itu melalui teman tadi. Supaya mangkok itu tidak mondar-mandir, maka saya ambil umpannya cukup banyak, sekitar seperempat dari keseluruhannya. Tindakan saya ternyata diamat-amati oleh Candice, yang ketika menerima kembali mangkok merah itu dengan spontan ia berseru : "Minjem koq gitu?" (Maksudnya, pasti, saya mengambil terlalu banyak).
Kami terkejut sambil terpingkal-pingkal atas sebuah respon tajam dan kritis dari seorang Candice. "Bener juga ya", minjem kok gitu ya?" kata sahabat kami.
Entah mengapa, kalimat pendek dan kritis dari Candice terus terngiang-ngiang dalam doa-doa dan meditasi saya hari-hari ini. Seperti menjadi kalimat dari Tuhan yang menggugat :
- ketika saya menikmati berkat tanpa sikap berbagi dengan orang lain, padahal berkat itu hanyalah titipan Tuhan, bukan hasil kerja keras saya.
- ketika saya berbangga atas sejumlah keberhasilan dan merasa diri tak tertandingi, padahal keberhasilan itu cuma pinjaman dari Tuhan.
- ketika saya bersolek terlalu lama di depan cermin sambil mengagumi diri sendiri, padahal wajah itu cuma pinjaman dari Tuhan dan orang tua saya.
- ketika saya menghambur-hamburkan waktu dengan bermalas-malas dan mengerjakan yang tidak penting, karena mengira saya adalah pemiliknya, padahal cuma pinjaman Tuhan juga.
- ketika saya memboroskan uang dengan membeli apa-apa saja yang saya sukai, bukan yang saya butuhkan... Padahal itu uang yang dipinjamkan Tuhan kepada saya...
- ketika saya bersikap rakus terhadap ilmu pengetahuan dan melahapnya sampai merusak kesehatan, padahal tubuh saya dan kesempatan belajar yang ada pada saya, adalah tak lain dan tak bukan hanyalah pinjaman dari Tuhan, bukan milik diri saya sendiri....
- ketika saya tidak bertanggungjawab dan terlalu egosentrik dalam melaksanakan pelayanan, dengan sikap pilih-pilih menurut selera dan keuntungan yang bisa saya peroleh, padahal kemampuan melayani juga titipn alias pinjaman dari Tuhan..
- ahhh, masih banyak lagi. Semuanya cuma pinjaman dari Tuhan. Tapi saya sering bersikap tidak tahu diri, terlalu haus dan rakus mencarinya bagi kepentingan diri sendiri, kurang berterimakasih / bersyukur, mengembalikan kepada Tuhan secara tidak pantas, dan seterusnya.
Hanya satu kalimat pendek yang diajukan Tuhan kepadaku di hari terakhir tahun 2010 ini : "Minjem koq gitu?"
Tuhan,
Semoga di tahun baru yang akan datang,
saya dapat memperbaiki diri, menjadi seorang "peminjam" yang lebih baik, lebih tahu diri, lebih bertanggungjawab dan lebih memuliakan Engkau.
Tuhan,
Terima kasih untuk seorang Candice yang Kau pakai untuk menyampaikan teguranMu kepadaku.
Jakarta, 31 Desember 2010
Dari aku yang mengasihiMu.
No comments:
Post a Comment