Bienvenue ami ...
Thankyou for visiting my blog. Have a good thing here. God bless you.

Wednesday, November 24, 2010

Mendampingi Anak2 Jalanan ...


Monica Maria Meifung - Jakarta, 2010
"Yang paling sulit untuk diatasi bukanlah kemiskinan itu sendiri tetapi dampaknya ...." 

(Wawancara melalui email oleh seorang petugas sebuah buletin rohani :) - dibuang sayang..

Shalom, Mbak Meifung, 
Berikut ini pertanyaan seputar karya dampingan Komunitas Putri Sion pada anak-anak jalanan. (Mbak Meifung, untuk jawaban wawancara ini, mohon juga disertakan contoh konkrit bila ada).Terima kasih.

1. Bagaimana karya pendampingan ini dilakukan? Mohon dijelaskan.
Senin-sabtu para pendamping terikat jam kantor, maka pendampingan dilakukan hanya setiap hari Minggu siang, Pk.14.00-16.00 di Stasiun Juanda, dengan mengambil tempat di salah satu teras atau pojokan kosong yang tidak terlalu banyak dilalui orang. Kami tidak mengundang / membawa mereka ke suatu tempat lain yang mungkin dianggap lebih layak (aula, rumah, dsb) karena ingin membuat mereka tetap merasa nyaman di tempat mereka berada, jadi kami yang mendatangi mereka, bukan mereka harus datang ke tempat kami. Sebagian anak drop-out sekolah, pendampingan dilakukan dengan model menemani mereka belajar, membantu mereka untuk lancar menulis, berhitung dan membaca : mereka diharapkan kelak bisa hidup normal dengan 3 kemampuan minimal ini, dalam arti :  tidak mudah ditipu orang karena buta huruf dan tak bisa menghitung. Bagi mereka kami siapkan juga pengobatan kecil seperti P3K, obat umum sehari-hari berkisar pada keluhan : pusing, masuk angin, flu, batuk, gatel-gatel.   

 2. Adakah pemetaan terhadap kemiskinan anak-anak jalanan tersebut? (dari sisi asal, jumlah, dll. Bila ada, mohon dijelaskan. 
Beberapa tahun yang lalu mencapai 40 - 75 anak, jika ada event-event tertentu (perayaan ulang tahun, buka puasa bersama, dsb) bisa mencapai 100 anak. Tetapi karena penggusuran, banyak yang pindah ke tempat lain yang lebih aman atau pulang ke kampung, jumlah mereka sekarang berkisar 25-40 anak.
Kebanyakan dari keluarga pemulung yang salah satu markas pengumpulan barangnya ada di ujung stasiun Juanda yang ke arah Sawah Besar. Sebagian dari orang tua mereka berjualan / buka warung kecil di sekitar stasiun. Mereka datang dari Jakarta, dan sebagian perantau dari Bogor dan Jawa Tengah
Misalnya : seorang ibu berjualan teh botol, memerlukan waktu setengah tahun mengumpulkan uang untuk bisa membayar uang buku dan seragam anak seharga Rp.175.000,- Keluhan anak dipulangkan karena berbulan-bulan tidak membayar uang sekolah, itu sudah amat biasa. Beberapa orang tua (dan anak juga) putus asa dan memutuskan untuk berhenti sekolah.. Sekolah Gratis yang mereka bayangkan dianggap hanya memberi harapan kosong karena nyatanya selalu ada sejumlah uang (seragam, iuran tabungan, buku, dsb) yang harus mereka bayarkan ke Sekolah. 

 3. Berdasarkan pengalaman / pengamatan pendampingan, persoalan apa sebenanrnya yang dihadapi anak-anak jalanan tersebut? kemiskinan semacam apa yang dialami anak-anak jalanan tersebut. Mohon dijelaskan. 
Di balik kemiskinan, mereka menderita banyak hal lain sebagai dampaknya, dan seringkali yang paling sulit untuk diatasi bukanlah kemiskinan itu sendiri tetapi dampaknya. 
A. Pergaulan : (dari ceritera-ceritera polos mereka) mereka menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga, entah itu orang tua mereka sendiri maupun melihat tetangga / keluarga lain mengalami hal tersebut, pelecehan seksual, omongan-omongan kotor ala orang tua, dsb. Itu terbawa dalam gaya bicara mereka (karena meniru) yang kasar, liar, binal dan sungguh terdengar tidak biasa di telinga kita. Saya kadang melihat anak perempuan umur 11 tahun tapi berdandan ala perempuan dewasa dan "mejeng" di jalan dengan harapan ada yang mengajaknya berteman (maaf : seperti anak yang "melacurkan diri")
B. Pelanggaran : beberapa anak mengalami kenalan atau anggota keluarga mereka masuk penjara karena mencuri, terkena razia ketika sedang mengamen atau berjualan di jalan, melarikan diri dari  rumah penampungan. saya berkali-kali harus menolong anak yang kakinya luka-luka tertusuk beling/benda tajam akibat melarikan diri dari kejaran polisi di jalan. 
C. Kemiskinan mental : tidak sedikit anak ketika ditanya kelak kalau sudah besar mau jadi apa, tidak mampu menjawab, kendati kami mencoba memberi semangat dan memompa motivasinya. Artinya : mereka hidup dalam keputus-asaan yang berat (baik keluarga sendiri maupun lingkungan sekitar) sehingga tidak berani lagi bermimpi tentang hidup dan masa depannya. Seorang anak waktu saya tanya nanti mau jadi apa, ia menjawab : "gak tahu, bapa-ibu saya saja cuma pemulung, emangnya saya mau jadi apa"? Saya terkejut dan merasa tertampar dengan jawaban ini.
Ada lagi, seorang anak perempuan, 9 tahun, putus sekolah ketika kelas 1 SD. Kami mencoba menolong mengurusi semua hal sampai ia bisa masuk sekolah kembali, kami janjikan akan menjamin uang sekolah, uang buku, dsb sampai ia lulus SD. Apa yang terjadi ? Orang tua marah-marah karena sejak kembali Sekolah mereka merasa direpotkan dengan anak yang lebih sering meminta uang jajan ketimbang ia tidak sekolah dan mengamen sehingga bisa cari uang jajan-nya sendiri. 3 bulan kemudian, anak kembali ke jalanan dan tidak mau sekolah. Inilah yang saya maksud dengan : mengeluarkan mereka dari kemiskinan mentalitas dan kemiskinan spiritual, jauh lebih sulit daripada membawa mereka keluar dari kemiskinan material.

 4. Apakah solusi yang dilakukan terhadap persoalan anak-anak jalanan tersebut? Adakah metode yang dipergunakan? Mohon dijelaskan.
Tidak ada, mengingat kami hanya bisa mendampingi mereka seminggu sekali dan hanya 2 jam. Kami hanya menyediakan diri menjadi teman belajar, juga tempat mereka dan orang tuanya bisa berkeluh kesah menumpahkan uneg-uneg pergumulan hidup mereka yang berat. Membantu orang tua dengan nasehat-nasehat umum,  (dan sedikit pendidikan budi pekerti dlm dongeng-dongeng / ceritera kepada anak-anak balita) agar mereka bertahan di medan hidup yang keras. Tidak ideal, memang, tetapi memaksakan diri merasul dan mengerjakan yang di luar batas kemampuan kami, bisa membuat kami frustrasi juga kan ? ha haa haa.... :) Biarlah itu menjadi PR Pemerintah atau Departemen Sosial, tugas kami adalah menjadi pembawa cinta kasih dan Kabar Baik seturut kemampuan dan situasi yang dapat kami jangkau. Saya masih bermimpi ada tenaga-tenaga baru yang lebih full-time yang Tuhan sediakan bagi kami dan bagi mereka. 

 5. Apa yang menjadi tujuan dari pendampingan anak-anak jalanan yang dilakukan Komunitas Putri Sion? mohon dijelaskan. Adakah dari anak-anak yang didampingi tersebut bisa survive / bisa memberdayakan hidup mereka sendiri? Mohon dijelaskan.
Karya ini (6 tahun yang lalu) dilakukan secara spontan dan tidak sengaja, tidak didahului dengan suatu perencanaan program dan penyusunan proposal yang matang dan hebat, tetapi bagaikan sebuah realita yang "dijatuhkan" oleh Tuhan di depan hidung kami. Tidak ada visi misi khusus sebelumnya, jadi lebih termotivasi dan digerakkan oleh hati yang bersatu (dari semua anggota komunitas) dan mau melayani menurut peluang-peluang yang disediakan Tuhan dan seturut semangat Gereja "option for the poor". Jadi, tujuan kami sangat sederhana : mau menjadi teman bagi anak-anak miskin tanpa ambisi menyelesasikan seluruh problema kemiskinan mereka. Jika ada sumber-sumber (dana, barang, bahan sandang dan pangan) yang kami terima dari donatur, ya kami salurkan, kalau tidak ada, kami tetap menemani mereka dengan menyediakan waktu, perhatian, tenaga dan kemampuan yang ada untuk membuat mereka bisa belajar dengan lebih baik. Maka kami melayani tanpa terlalu banyak "stress" karena tak punya banyak target selain mengikuti gerakan Roh Tuhan yang membimbing dan "mengutus" untuk membawa hati dan kasih-sayangNya kepada anak-anak jalanan itu. Maka, setiap Minggu, kami mengambil waktu 2 jam (pk.12.00-14.00) untuk pertemuan komunitas : berdoa, merenungkan sabda Tuhan, mendalami ajaran-ajaran Gereja, sharing iman, dsb, sebelum kami "turun" ke jalanan, untuk membuat kami yakin bahwa sumber-sumber yang dibagikan kepada anak-anak itu bukanlah beasal dari kehebatan dan kemapanan diri sendiri, melainkan sungguh berasal dari Tuhan. Cita-cita kami : membawa kepada mereka cinta kasih yang "otentik" dari Tuhan. Tidak mudah, tetapi sejauh ini hal tersebut selalu membuat kami mau melakukannya dengan penuh kegembiraan dan harapan. 

Anak-anak itu bisa survive karena pada umumnya mereka mempunyai orang tua sehingga perjuangan mereka bukan hanya perjuangan individu melainkan perjuangan keluarga, ini juga membuat mereka kuat ya. Saya punya beberapa pengalaman yang memperlihatkan semangat survive dan semangat memberi serta solidaritas mereka jauh lebih tinggi daripada kita yang sehari-hari hidup dalam kondisi serba berkecukupan. Saya sering pulang ke rumah dengan membawa "Good News from the poor". 

No comments: