St.Nicholas,
Uskup Myra
Setiap 6 Desember Gereja merayakan
pesta St. Nicholas, seorang Uskup di Mira (Asia Kecil) yang hidup sekitar abad ke-4.
Beliau adalah seorang Santo nasional Rusia. Mungkin tidak begitu banyak yang tahu
mengenai kehidupan sesungguhnya dan teladan yang diwariskannya kepada umat Gereja. Orang sibuk membeli pakaian dan aksesoris Natal yang manis dan lucu-lucu
karena hari tersebut biasanya lebih dikenal sebagai hari Santa Claus alias
Sinterklaas : tokoh ”badut” Natal yang lucu, sangat disukai oleh anak-anak
karena terkenal sebagai 'pemberi hadiah Natal'. Disukai pula oleh para orang
tua karena melaluinya mereka memperoleh suatu medium istimewa untuk
menyalurkan hadiah-hadiah kepada anak-anak mereka disertai dengan
nasehat-nasehat penuh wibawa yang juga dititipkan melalui Sinterklaas. Para
orang tua juga senang karena hal itu dapat menjadi hiburan efektif bagi
anak-anak mereka.
Tokoh Sinterklaas dalam Tradisi
Natal ini seperti rada ’kebablasan’ alias berkembang terlalu
jauh dari pesta St. Nicholas yang sebenarnya mau dikenang dan dihayati oleh
Gereja. St.Nicholas, Uskup yang saleh itu dimitologikan dan diberi ’gambaran
lucu-lucuan’ dalam figur Sinterklaas oleh Tradisi pra-kristen Eropa yang hidup
dalam iklim yang bukan katolik
Mari kita simak sejenak siapa St. Nicholas itu.*)
"Beliau termasuk santo yang paling populer sehingga dijadikan
pelindung banyak kota, provinsi, keuskupan dan gereja. Ia juga adalah pelindung
para pelaut dan pedagang. St Nicholas dikenal sebagai Uskup yang lugu, penuh
semangat dan gigih membela orang yang terinjak-injak dan kaum miskin. Ketika
penganiayaan berlangsung gencar ia menguatkan iman umatnya, dan di saat-saat
tenang ia melindungi umat dari bidaah-bidaah (aliran-aliran yang menyebarkan
ajaran sesat). Diantara banyak ceritera tentang St. Nicholas, ada sebuah
ceritera menarik dan membuatnya dikenal sebagai Uskup yang mencintai dan
melindungi anak-anak. Suatu hari Nikolas mendengar ada seorang bapa yang
terlilit hutang besar. Karena tidak dapat melunasi hutangnya, bapa ini berniat
menyerahkan tiga orang putrinya ke tempat pelacuran. Diam-diam pada suatu malam
Uskup Nicholas melemparkan tiga bola emas ke kamar bapa itu, sehingga selamatlah
ketiga putrinya dari lembah dosa dan akhirnya ketiga gadis itu menikah secara
terhormat."
Itulah
sebabnya mengapa St. Nicholas dikenang dan dirayakan oleh Gereja. Beliau adalah
Uskup yang memiliki keunggulan dalam membela
orang miskin dan memberi perhatian
kepada anak-anak yang menderita. Maka riwayat hidup dan teladan St. Nicholas
yang dirayakan setiap tanggal 6 Desember, cocok untuk dikenangkan dalam masa
Advent. Maksudnya, supaya kita mau lebih terlibat dalam mensyukuri kebaikan
Tuhan atas hidup kita melalui tindakan-tindakan konkret membantu orang miskin
dan memberi perhatian kepada anak-anak yang menderita karena kemiskinan orang
tuanya.
Ini dapat menjadi sikap tobat yang dinantikan dari kita
untuk menyambut kedatangan Yesus Kristus. Pesta hadiah-hadiah, makan-minum,
baju-baju baru yang bagus, pohon-pohon, lampu-lampu dan gua-gua natal nan
romantis, biarlah menyusul sebagai buah syukur sesudah kita membangun sikap berjaga-jaga yang dicanangkan melalui Advent. Lilin-lilin koronka
bukan ajakan untuk pesta dan berburu belanjaan Natal
yang memuaskan panca indra, ia menawarkan rahmat Allah yang mengasah kepekaan untuk lebih
bersikap peduli dalam mengatasi kemiskinan dan membela anak-anak yang menderita
karena korban ketidakadilan, seperti teladan yang diwariskan oleh Uskup Nicholas
yang dikenal sebagai Sinterklaas.
Ayo kita berjuang ! Mari menyongsong Natal dengan meningkatkan semangat dan upaya mengulurkan tangan kepada sesama
yang menderita. Yesus, Putera Allah datang ke dunia dengan
mengenakan kemanusiaan dan kemiskinan kita sebagai manusia yang tidak mempunyai apa-apa...
*)
Heuken, A, SJ, 1997, Ensiklopedi Orang Kudus, Jakarta : Yayasan Cipta
Loka Caraka, hlm 232-234.