The Earth without beginning and end. The Earth of wonderful beauty. "The Earth of Spirit". Look there, feel it. In the non-beginning sequence of world. Is one Magical Land . And it begins here. And it is Yourself. And it is all around. And its name is Infinite Spirit. Without beginning and end.
Without borders and obstacles. Just in this very moment. Just look into Yourself. Just look around you. And maybe this Spirit will come to life again..
A. PENGANTAR
Akhir-akhir ini banyak orang dari seluruh dunia mempraktekkan New Age, yang menyodorkan tawaran-tawaran amat memukau dan menggiurkan. Darinya juga muncul banyak pilihan dalam bentuk buku-buku, musik, film (antara lain ’The Secret’, ’2012’), seminar, aneka lokakarya/pelatihan, praktek pengobatan alternatif serta terapi-terapi kesehatan, dan sebagainya. Kalimat-kalimat di bagian atas sebelum pengantar adalah syair dari sebuah lagu bernuansa New Age. Lagu tersebut mengajak orang untuk membayangkan dan merasakan ”bumi indah menawan, bumi tanpa awal dan tanpa akhir, yang dinamakan Roh Tanpa Batas, tanpa tepi dan tanpa rintangan, dan itu adalah Dirimu Sendiri”.
Menghadapi fenomena ini, tidak sedikit orang bertanya-tanya, apa itu New Age, bagaimana latar belakangnya, unsur-unsur apa yang ada di dalamnya, apa yang sesungguhnya ditawarkan oleh new Age dan hal-hal apa saja yang dapat menjadi pintu masuk bagi New Age ? Bagaimana New Age menyikapi agama dan kebudayaan, apa pandangan New Age tentang alam semesta, dunia dan pribadi manusia?
B. APA ITU NEW AGE ?
New Age dapat diterjemahkan sebagai Era Baru, Jaman Baru, atau Abad Baru. Dengan menggunakan penanggalan berdasarkan rasi bintang yang berputar/bergerak searah jarum jam, para ahli astrologi berpendapat bahwa Abad Pisces (simbol ikan) yaitu suatu abad yang didominasi oleh Kekristenan, akan berlalu. Pada permulaan milenium ketiga dunia memasuki suatu abad baru yang disebut Abad Aquarius (simbol air). Dalam pengertian ini, New Age merupakan salah satu penjelasan mengenai arti dari makna saat ini (makna kekinian) di dalam sejarah.1)
Kebaruan New Age dapat dipahami bukan hanya dari sudut waktu, tetapi dari sudut paradigma dan pelbagai muatan yang ditawarkan/dijanjikan sebagai jawaban atas suatu kebutuhan, yakni jawaban global di masa krisis, yang memberikan keseimbangan, ketenangan, kesejahteraan, kesembuhan dan sebagainya.
Dengan lain kata, New Age dapat didefinisikan secara positif sebagai:2)
- Suatu ‘reaksi’ terhadap kebudayaan kontemporer dan sebuah ‘aliran’ pemikiran.
- Suatu ’jawaban’ atas masalah-masalah dan kebutuhan keagamaan.
- Sebuah ’bangunan terstruktur’ yang sinkretistik (memasukkan banyak unsur beraneka ke dalamnya).
- Suatu ’trend’/kecenderungan bersikap atau melakukan praktek-praktek tertentu yang mirip agama.
- 'Asosiasi’ yang sangat longgar antara pelbagai macam aktivitas/praksis, gagasan-gagasan dan orang-orang, yang mungkin tertarik pada “yang ilahi”.
- Sebuah ‘spiritualitas alternatif’.
- Suatu ’tradisi’ amat luas yang menyatukan dalam dirinya banyak sekali gagasan.
New Age dapat juga didefinisikan atau dirumuskan secara negatif sebagai: 3)
- Bukan sebuah ’agama’ meskipun sangat menaruh perhatian kepada ’yang ilahi’
- Bukan sebuah ’gerakan’ dalam arti ’New Religious Movements’, ia lebih seperti ’Peace Movement’, terdiri dari jalinan orang-orang yang terikat oleh tujuan utama namun sekaligus berbeda satu sama lain di dalam pemahaman dan di dalam cara mereka terlibat.
- Bukan ’organisasi’ tersendiri yang uniform / seragam, ia lebih merupakan jaringan lepas yang berpikir secara global dan bertindak secara lokal.
- Bukan ’sekte’ karena ia menyebar melintasi budaya-budaya melalui fenomena-fenomena seperti musik, film, seminar-seminar, lokakarya / pelatihan, acara-acara penyembuhan serta aneka kegiatan dan peristiwa lainnya.
- Suatu ‘reaksi’ terhadap kebudayaan kontemporer dan sebuah ‘aliran’ pemikiran.
- Suatu ’jawaban’ atas masalah-masalah dan kebutuhan keagamaan.
- Sebuah ’bangunan terstruktur’ yang sinkretistik (memasukkan banyak unsur beraneka ke dalamnya).
- Suatu ’trend’/kecenderungan bersikap atau melakukan praktek-praktek tertentu yang mirip agama.
- 'Asosiasi’ yang sangat longgar antara pelbagai macam aktivitas/praksis, gagasan-gagasan dan orang-orang, yang mungkin tertarik pada “yang ilahi”.
- Sebuah ‘spiritualitas alternatif’.
- Suatu ’tradisi’ amat luas yang menyatukan dalam dirinya banyak sekali gagasan.
New Age dapat juga didefinisikan atau dirumuskan secara negatif sebagai: 3)
- Bukan sebuah ’agama’ meskipun sangat menaruh perhatian kepada ’yang ilahi’
- Bukan sebuah ’gerakan’ dalam arti ’New Religious Movements’, ia lebih seperti ’Peace Movement’, terdiri dari jalinan orang-orang yang terikat oleh tujuan utama namun sekaligus berbeda satu sama lain di dalam pemahaman dan di dalam cara mereka terlibat.
- Bukan ’organisasi’ tersendiri yang uniform / seragam, ia lebih merupakan jaringan lepas yang berpikir secara global dan bertindak secara lokal.
- Bukan ’sekte’ karena ia menyebar melintasi budaya-budaya melalui fenomena-fenomena seperti musik, film, seminar-seminar, lokakarya / pelatihan, acara-acara penyembuhan serta aneka kegiatan dan peristiwa lainnya.
C. LATAR BELAKANG DAN UNSUR-UNSUR NEW AGE
Gerakan New Age moderen tampil dalam suatu bentuk khusus pada akhir tahun 1960 dan awal tahun 1970-an, walaupun akarnya dapat ditelusuri ke abad 19. Pada tahun 1968, tradisi kekristenan dan pemikiran-pemikiran sekular dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang tidak terbatas, harus berhadapan dengan sebuah krisis kemayarakatan serius yang menyatakan diri pertama kali pada revolusi mahasiswa4) Pada saat itu muncul kembali tanpa terduga suatu religiositas kosmik dengan ritual-ritual dan kepercayaannya. Kebangkitan agama-agama Asia menuju Spiritualitas global, yang memasukkan ke dalam dirinya semua tradisi religius yang ada, menjadi populer kembali di dunia Barat.5)
New Age yang dikenal juga sebagai New Age Movement, New Age Spirituality, dan Cosmic Humanism, merupakan suatu desentralisasi dari gerakan sosial dan kerohanian Barat yang mencari “Kebenaran Universal” dan pencapaian tertinggi potensi kemanusiaan dari individu-individu. Ia memuat unsur-unsur seperti kosmologi, astrologi, esoterisisme, pengobatan alternatif, musik, kolektivisme, kelestarian alam. Spiritualitas New Age ditandai pula oleh pendekatan individu terhadap praktek-praktek kerohanian dan kebijaksanaan, serta penolakan terhadap dogma maupun doktrin agama 6)
New Age mengkritik abad yang dipengaruhi oleh Kekristenan, Yudaisme dan Islam sebagai:7)
- Terlalu patriarkal dan bersifat otoriter, kurang membela emansipasi wanita.
- Agama-agama besar tersebut terlalu rasional, kurang mempromosikan spiritualitas, kurang mistik, kurang melihat dan kurang mengandalkan kekuatan batin.
- Politik tidak berhasil memperbaiki dunia, demikian pula tehnik dan ilmu pengetahuan.- Penyembuhan-penyembuhan yang ditawarkan kurang holistik.
- Kurang menghargai kesatuan kosmik.
New Age juga memasukkan unsur-unsur dari tradisi agama dan kerohanian yang lebih tua, mulai dari ateisme dan monoteisme, melalui panteisme klasik, panteisme naturalistik, dan panenteisme sampai kepada politeisme yang dicampurkan dengan pengetahuan dan filsafat Gaia, khususnya arkeo-astronomi, astronomi, ekologi, lingkungan hidup, hipotesis Gaia, psikologi, dan fisika. Praktek dan filosofi New Age sering menarik inspirasi dari agama-agama besar dunia : Budisme, Agama rakyat Cina, Kristen, Hinduisme, Islam, Yahudi; dengan pengaruh yang secara khusus kuat dari agama-agama Asia Timur, Gnostisisme, Kafir Baru (Neopaganisme), Pemikiran Baru, Spiritualisme, Teosofi, Universalisme dan Esoterik Barat.8)
D. NEW AGE MENAWARKAN APA ?
Mengacu kepada sejumlah kritik New Age terhadap agama-agama besar tersebut di atas, New Age ingin berjuang ke arah : pemuasan kehausan rohani banyak orang, pembangunan manusia dari dalam/batin, globalisasi agama dan etika, penggeseran agama-agama tradisional, ekologi baru, harmoni kosmik/alam semesta dan peleburan manusia ke dalam allah untuk mencapai kesempurnaan. Apa saja yang sebenarnya ditawarkan oleh New Age kepada banyak orang untuk mencapai perjuangan tersebut ?9)
1. Daya pikat
Hal ini diperoleh melalui kekaguman kepada manifestasi-manifestasi yang luar biasa, khususnya terhadap hal-hal paranormal, dengan bantuan medium-medium psikis tertentu yang bertindak sebagai channel. Channeling menghubungkan makhluk-makhluk beraneka seperti guru-guru yang sudah terangkat, dewa-dewa, kelompok-kelompok, roh-roh alam, bahkan Sang Diri Yang Maha Tinggi sendiri. New Age tidak mengakui adanya otoritas spiritual yang lebih tinggi daripada pengalaman batin seseorang.
2. Harmoni dan Pengertian : vibrasi yang baik
- Dalam New Age tidak ada pembedaan antara baik (good) dan jahat (evil). Tingkah laku manusia dipandang sebagai buah dari pencerahan dan atau ketidak-tahuan semata-mata. Maka tidak ada ”paham dosa” dalam New Age.
- Harmoni dan pengertian yang baik pada seseorang tercapai pertama-tama dalam sikap batin, yaitu adanya kekuatan dalam bentuk getaran / vibrasi yang berfrekuensi tinggi, dan itulah yang merupakan rahasia untuk menjadi bahagia, sehat dan sukses.
- Dalam New Age tidak ada pembedaan antara baik (good) dan jahat (evil). Tingkah laku manusia dipandang sebagai buah dari pencerahan dan atau ketidak-tahuan semata-mata. Maka tidak ada ”paham dosa” dalam New Age.
- Harmoni dan pengertian yang baik pada seseorang tercapai pertama-tama dalam sikap batin, yaitu adanya kekuatan dalam bentuk getaran / vibrasi yang berfrekuensi tinggi, dan itulah yang merupakan rahasia untuk menjadi bahagia, sehat dan sukses.
3. Kesehatan dan Hidup Keemasan
- Hal ini dicapai melalui pengobatan-pengobatan alternatif yang mengklaim diri memiliki kemampuan melihat pada keseluruhan pribadi orang, dan berjanji untuk menyembuhkan, bukan hanya mengobati.
- New Age menganggap sakit dan penderitaan sebagai akibat tindakan manusia yang bertentangan dengan alam.
- Kesehatan dan kesejahteraan material dalam New Age berada senada dalam harmoni dengan alam. Bahkan seharusnya manusia tidak perlu mengalami kematian, karena di dalam kesehatan terkandung juga perpanjangan hidup.- New Age melihat reinkarnasi sebagai pengambilan-bagian dalam evolusi kosmos.
- Manusia berharap pada kemungkinan dilahirkan kembali dalam keadaan yang lebih baik, atau pada akhirnya sama sekali dibebaskan dari kebutuhan untuk lahir kembali.
4. Keutuhan / Wholeness
- New Age ‘menuduh’ revolusi ilmu pengetahuan dan semangat rasionalisme sebagai penyebab dari kecenderungan orang kepada fragmentasi.
- New Age ingin mengatasi dualisme, pembagian-pembagian yang dianggap sebagai produk tidak sehat dari masa lampau yang kurang mendapat pencerahan. Termasuk di dalamnya perbedaan antara : Pencipta dan ciptaan, manusia dan alam, roh dan benda.
- Dalam New Age orang disemangati untuk mencapai keutuhan/wholeness/kesatuan, dengan cara belajar dan berlatih pada seorang guru, yaitu dengan konsentrasi, meluaskan kesadaran diri, mengembangkan segala potensi, menyerap sebanyak mungkin enersi, mengatasi bentuk-bentuk dualisme atau paradoks-paradoks.
- New Age ‘menuduh’ revolusi ilmu pengetahuan dan semangat rasionalisme sebagai penyebab dari kecenderungan orang kepada fragmentasi.
- New Age ingin mengatasi dualisme, pembagian-pembagian yang dianggap sebagai produk tidak sehat dari masa lampau yang kurang mendapat pencerahan. Termasuk di dalamnya perbedaan antara : Pencipta dan ciptaan, manusia dan alam, roh dan benda.
- Dalam New Age orang disemangati untuk mencapai keutuhan/wholeness/kesatuan, dengan cara belajar dan berlatih pada seorang guru, yaitu dengan konsentrasi, meluaskan kesadaran diri, mengembangkan segala potensi, menyerap sebanyak mungkin enersi, mengatasi bentuk-bentuk dualisme atau paradoks-paradoks.
E. PINTU MASUK NEW AGE
1. Krisis identitas
Situasi masa kini memperlihatkan banyak orang terombang-ambing antara kepastian dan ketidakpastian, terutama pada masalah-masalah yang berhubungan dengan identitas mereka.10) Kebutuhan untuk ’menjadi bagian’ dari institusi berkurang, orang mulai mencari arti hidupnya dengan masuk ke dalam diri sendiri. New Age menarik karena banyak hal yang ditawarkan olehnya dapat memenuhi kehausan banyak orang, yang justru tidak terpenuhi lagi oleh institusi-institusi yang sudah mapan.11)
2. Kelemahan pemahaman manusia terhadap isi ajaran agamanya sendiri.
Banyak orang menerima agama sebagai ’warisan’ dari orang tua atau leluhur, bukan sebagai
hasil pergulatan dan pencarian dari dirinya sendiri. Penerimaan yang otomatis ini tidak selalu menguntungkan, khususnya bila tidak disertai proses pembelajaran. Akibatnya, orang beragama tanpa sungguh mengenal isi ajaran agama / keyakinannya, dan sekaligus tidak mengenal alternatif-alternatif yang ditawarkan dan disambutnya. Orang terlibat dengan New Age dalam berbagai cara yang berbeda dan pada banyak sekali tingkat. Sebagian besar orang tertarik kepada beberapa terapi atau praktek-praktek tertentu, tanpa ’menembus’ sampai latar belakangnya. Banyak pula orang yang hanya menjadi konsumen insidental dari produk-produk berlabel “New Age”, misalnya : memanfaatkan aroma-terapi, mendengarkan musik (tertarik hanya pada efek atau hasil yang diperoleh pada kesehatan atau kesejahteraan hidup). Hanya sedikit orang yang sungguh masuk ke dalam subyek dan berusaha untuk sungguh memahami kepentingan teoretis dan mistik dari New Age. Situasi ini sangat cocok dengan pola hidup konsumtif masyarakat pada umumnya dimana kesenangan dan kesantaian (relaksasi) memainkan peranan penting.12)
3. Revolusi teknologi di bidang komunikasi & sistem ekonomi pasar bebas
Perkembangan dunia yang amat pesat dan derasnya arus globalisasi, antara lain kemajuan teknologi di bidang komunikasi (media cetak, elektronik, cyber), membuat pelbagai hal mulai dari informasi tentang peristiwa, ilmu pengetahuan, hasil penelitian, gambar-gambar, barang, jasa, sampai dengan pandangan hidup dan praktek-praktek keagamaan, mudah sekali diakses oleh siapa saja dan dari mana saja.
New Age menyesuaikan diri dengan amat bagus pada hukum pasar. Tawaran-tawaran ekonomis dari bermacam-macam produk dan jasanya memang sangat menarik: menjanjikan ketenangan, anti stress, penyembuhan, kesejahteraan, dan lain-lain. Ia menyodorkan suatu himpunan (yang amat longgar) dari kepercayaan-kepercayaan, penyembuhan-penyembuhan, praktek-praktek, yang boleh dipilih-pilih dan digabungkan semaunya. New Age menerapkan prinsip-prinsip pasar ke suatu fenomena religius, yang bekerja (lebih sering) pada tataran perasaan, naluri dan emosi, serta mendukung cara berpikir “intuitif” ketimbang yang rasional.13)
4. Konteks budaya lokal : situasi khas Indonesia
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk. Dalam pergaulan lintas agama, orang sudah terbiasa hidup dan bekerja dengan orang lain dari aneka agama maupun aliran kepercayaan, tanpa harus mempertanyakan agamanya. Di satu sisi hal tersebut kondusif bagi terpupuknya kerukunan antar agama, namun di sisi lain memberi kemungkinan melemahnya/terpuruknya keyakinan orang akan posisi dirinya sendiri. Dalam pergaulan yang pluralistik demikian, orang tidak terbiasa mengedepankan dan mendiskusikan ciri khas dari masing-masing keyakinan, melainkan lebih berusaha mencari ‘kebersamaan’. Bahkan mungkin orang tergoda untuk menyembunyikan atau mendiamkan saja nilai-nilai dan makna yang ada di balik setiap kekhasan, tanpa merasa perlu dikomunikasikan atau diungkapkan, lalu masuk ke dalam pandangan dan sikap hidup : “semua agama/aliran / keyakinan toh sama saja”. Situasi seperti itu dapat menjadi sebuah medan subur atau peluang strategis bagi berkembangnya New Age, yang menggunakan promosi-promosi yang menyatukan. Orang bagaikan diundang masuk ke sebuah ‘toko swalayan serba ada’ dalam bidang spiritual / kerohanian tanpa harus teridentifikasi ia berasal dari agama/aliran/kepercayaan yang mana. Hal-hal yang ditawarkan oleh New Age sering hanya disebut yang ‘spiritual’, bukan yang termasuk dalam salah satu agama.
F. NEW AGE DAN KEBUDAYAAN
New Age menyodorkan kepada dunia suatu religiositas yang dilepaskan dari tradisi atau organisasi hirarki, yang menarik manusia menuju kepada kesadaran akan nilai, kapasitas dan masalah-masalahnya secara perorangan / individual. New Age juga menampilkan bentuk alternatif dari masyarakat yang tidak terikat pada tradisi, organisasi-organisasi yang patriarkal, hirarkial ataupun eklesial. Pandangan dan sikap yang demikian merupakan suatu bentuk yang diinspirasikan oleh paham moderen tentang diri atau self. Latihan-latihan New Age berisi hal-hal yang mengawinkan nilai-nilai budaya tandingan dengan kebutuhan kebanyakan orang untuk memperoleh sukses/keberhasilan dan kepuasan batin melalui keberhasilan lahiriah.14)
G. PANDANGAN NEW AGE TENTANG DUNIA DAN PRIBADI MANUSIA
Dalam New Age, alam semesta merupakan sebuah samudera enersi yang menjadi satu-satunya keseluruhan. Dunia sedang mengalami sebuah proses evolusi, yaitu bergerak dari materi yang tidak berdaya menuju kepada ‘kesadaran tertinggi dan sempurna’. Tidak ada perbedaan antara Allah dan dunia. Dunia dari dirinya sendiri bersifat ilahi, tidak diciptakan, bersifat abadi dan self-sufficient : dunia yang dapat mencukupi dirinya sendiri.
Manusia adalah figur central di dalam New Age. Manusia dilihat sebagai mulia, berkembang menuju kepada suatu ‘keallahan’ yang ada di dalam dirinya sendiri dan dengan demikian dapat menciptakan sendiri realitas keberadaannya. Tidak ada ‘dosa’ di dalam diri manusia, bagi New Age yang ada hanyalah pengetahuan yang tidak sempurna. Manusia sempurna adalah manusia yang mencapai titik ’keallahan’, yang bisa diperoleh melalui latihan-latihan menggali semua potensi yang sudah ada di dalam diri pribadi setiap manusia. Maka New Age menolak wahyu dan penyelamatan, hal tersebut tidak diperlukan karena dianggap datang dari luar diri manusia. Hal pokok yang paling diperlukan adalah pengalaman akan keselamatan yang tersembunyi di dalam diri sendiri (self-salvation) yg bisa dicapai dengan menguasai teknik-teknik psiko-fisik yang membawa diri manusia kepada pencerahan yang definitif. Pengalaman kontak dengan “Diri Tertinggi” tersebut dalam New Age dipercaya sebagai pengalaman yang dapat mengatasi segala bentuk dualisme (subyek dan obyek, hidup dan mati, jiwa dan badan).
H. PENUTUP
1. Positif dan negatif
Menyusun suatu evaluasi yang komprehensif mengenai New Age bukan perkara mudah. Ada begitu banyak unsur yang digabungkan ke dalamnya dengan kemungkinan munculnya komplikasi disana-sini yang akan cukup membingungkan, apalagi jika dikonfrontasikan dengan paham dan keyakinan-keyakinan dari agama tertentu. Maka di bagian penutup dari paper singkat ini, cukuplah bila mengangkat beberapa hal yang menjadi kelebihan dan kekurangan New Age. Membangkitkan gairah orang untuk mencari arti baru dalam hidup; lahirnya kepekaan yang baru terhadap keseimbangan alam dan kelestarian lingkungan hidup; kesadaran yang semakin meningkat akan perjuangan keadilan jender; serta mendorong orang-orang beragama untuk menghayati arti agamanya melebihi segi yang rasional dan dingin; pantaslah dicatat sebagai buah positif dari gerakan New Age.
Namun demikian kecermatan berpikir dan sikap kritis terhadap New Age tetaplah dituntut mengingat : ajaran-ajaran dan praktek-praktek New Age yang mendoroang manusia untuk meng-ilahi-kan dirinya sendiri; penghargaan dan pengagungan yang berlebih-lebihan terhadap alam dan kemanusiaan; sikap menghapus perbedaan-perbedaan dan mengaburkan kekhasan dari agama-agama dengan menciptakan agama dan etika global; praktek-praktek pengembangan potensi diri yang melahirkan sikap irrasional, membawa ilusi bahkan konfusi pada orang-orang yang menenggelamkan dirinya ke dalam New Age tanpa memahami muatan teoritik dan mistik yang ada di baliknya.
2. Beberapa pertanyaan kritis
Agama sebagai sistem sosial hendak membantu para pemeluknya untuk menjadi bagian dari suatu komunitas tempat ia berada dan mengambil sejumlah tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk keberlangsungan hidup bersama. Oleh karena itu
- Sejauh mana pemenuhan diri yang sangat bersifat personal / privat di dalam New Age memampukan para pengikutnya untuk melibatkan diri di dalam masalah-masalah sosial ekonomi demi kesejahteraan umum?
- Apakah New Age memungkinkan terciptanya suatu budaya religius yang sehat ?
- Paham bahwa manusia dapat menciptakan sendiri realitas keberadaannya (melalui latihan penyempurnaan dan pengilahian diri), apakah tidak melawan penghargaan terhadap martabat manusia ?
------------------------------------------------------------
- Sejauh mana pemenuhan diri yang sangat bersifat personal / privat di dalam New Age memampukan para pengikutnya untuk melibatkan diri di dalam masalah-masalah sosial ekonomi demi kesejahteraan umum?
- Apakah New Age memungkinkan terciptanya suatu budaya religius yang sehat ?
- Paham bahwa manusia dapat menciptakan sendiri realitas keberadaannya (melalui latihan penyempurnaan dan pengilahian diri), apakah tidak melawan penghargaan terhadap martabat manusia ?
------------------------------------------------------------
Notes :
1) Pontifical Council for Culture and Pontifical Council for Interreligious Dialoque, 2005, Jesus Christ, The Bearer of the Water of Life, A christian Reflection on the New Age (Yesus Kristus Pembawa Air Hidup, Sebuah Refleksi Kristiani tentang New Age), Jakarta : Dokpen KWI, hlm 9, 20, 21, 86
2) Idem, hlm 18
3) Idem, hlm 17
4) Idem, hlm 30
5) Idem, hlm 31
6) www.wikipedia.com
7) Pontifical Council for Culture and Pontifical Council for Interreligious Dialoque, 2005, Jesus Christ, The Bearer of the Water of Life, A christian Reflection on the New Age (Yesus Kristus Pembawa Air Hidup, Sebuah Refleksi Kristiani tentang New Age), Jakarta : Dokpen KWI, hlm
8) www.wikipedia.com
9) Pontifical Council for Culture and Pontifical Council for Interreligious Dialoque, 2005, Jesus Christ, The Bearer of the Water of Life, A christian Reflection on the New Age (Yesus Kristus Pembawa Air Hidup, Sebuah Refleksi Kristiani tentang New Age), Jakarta : Dokpen KWI, hlm 25-30
10) Paul Heelas, 1996, The New Age Movement, The Celebration of the Self and the Sacralization of Modernity, hlm 137, di dalam Pontifical Council for Culture and Pontifical Council for Interreligious Dialoque, 2005, Jesus Christ, The Bearer of the Water of Life, A christian Reflection on the New Age (Yesus Kristus Pembawa Air Hidup, Sebuah Refleksi Kristiani tentang New Age), Jakarta : Dokpen KWI, hlm 10
11) Pontifical Council for Culture and Pontifical Council for Interreligious Dialoque, 2005, Jesus Christ, The Bearer of the Water of Life, A christian Reflection on the New Age (Yesus Kristus Pembawa Air Hidup, Sebuah Refleksi Kristiani tentang New Age), Jakarta: Dokpen KWI, hlm 10
12) Idem hlm 49
13) Idem hlm 48
14) Idem hlm
Jakarta, 16 Agustus 2009
No comments:
Post a Comment